Every One Can be a Hero, Everyone Can Save Lives

Sebarkan:



Oleh : Dr. Elisabet Situmeang, SpKJ


(Psikiater RSUD Tarutung)



BUNUH DIRI? 


Apa yang terbersit dalam benak kita ketika ada orang di sekitar kita yang melakukan percobaan bunuh diri, baik berhasil ataupun tidak berhasil. Setiap kita mungkin memiliki jawaban yang bervariasi. Ada yang timbul rasa belas kasih, ada yang menganggap hina atau merendahkan, dan mungkin banyak tanggapan lain.


Pertanyaan selanjutnya, adakah dari kita yang turut ambil bagian melakukan sesuatu, selain hanya memberi respon di hati?  Dalam hal ini juga mungkin ada beberapa tindakan yang seringkali dilakukan. Pertama, adalah ‘memberi nasehat’ secara langsung, dan seringkali tanpa disadari, memberikan beribu banyak kalimat yang teruntai dengan indah dan lebih sering merupakan kata-kata yang sangat ‘rohani’ yang terus berlanjut dalam waktu yang relatif lama, yang jika diamati lebih detail, berkesan ‘menghakimi’. Karena acapkali ada yang berkomentar, ‘ah masalah segitu aja langsung bunuh diri. Masalah saya berlipat – lipat lebih besar saja, gak pernah terpikir untuk bunuh diri. Kan, aku punya Tuhan’. 


Sebaliknya, sebagian kita mungkin ragu untuk menyelamatkan seseorang dari ide atau percobaan bunuh diri. Mungkin karena ketidakpercayaan diri kita terhadap ilmu dan kemampuan yang kita miliki?  Sehingga kita memilih untuk mendiamkan, atau lebih memilih membicarakan di belakang.


Sebelum membahas lebih lanjut tentang tindakan apa yang harus kita lakukan ketika menghadapi orang dengan percobaan bunuh diri, ada baiknya, saya mengulas sedikit bahwa sebenarnya, sebelum akhirnya terjadi percobaan bunuh diri, ada beberapa tanda yang seringkali terjadi, antara lain, putus asa dan tidak punya pengharapan, keinginan untuk menyendiri, marah-marah berlebihan, memikirkan ide kematian, perubahan mood dan perilaku bermakna, menyakiti diri sendiri, perilaku membahayakan diri, merancang tentang kematian, memberi kepada orang lain dalam jumlah yang berlebihan, penyalahgunaan zat, menilai diri sendiri negatif. 


Risiko orang untuk melakukan bunuh diri juga tidak sama satu dengan yang lain. Ada beberapa kondisi yang rentan melakukan tindakan bunuh diri, yaitu, disabilitas fisik, kehilangan keluarga atau orang yang dicintai,  mengalami buly, kondisi gangguan mental, menerima perilaku kekerasan, masalah hubungan keluarga, pernah melakukan percobaan bunuh diri sebelumnya, riwayat penyalahgunaan obat. 


Nah, mungkin informasi tersebut membuat kita sedikit lebih memahami tentang tindakan bunuh diri. Lalu apa yang perlu, saya, kamu dan kita lakukan? Apakah kita bisa memberi peran dengan berbagai macam latar belakang kita yang tidak semua memiliki ilmu dasar mengenai masalah kejiwaan? 


Kenyataanya, orang dalam kondisi stress seringkali tidak membutuhkan solusi kongkret. Mereka perlu didengarkan dan dipahami. Ya… Mereka hanya butuh DIDENGARKAN dan DIPAHAMI. Bukan berarti mereka tidak butuh nasehat, bukan berarti siraman rohani tidak diperlukan. Tapi pada saat kondisi darurat, pada umumnya mereka akan sulit untuk menerima masukan. Namun saat darurat ini, mereka hanya butuh tempat untuk mencurahkan isi hatinya.


Pahlawan tidak harus serba bisa. Kita hanya perlu memberi telinga untuk mendengar dan memberi hati untuk memahami masalah seseorang. 


Jika dirasa sudah tidak mampu memberikan pertolongan, kita bisa mencari bantuan profesional terdekat dengan kita. 


EVERY ONE CAN BE A HERO, EVERYONE CAN SAVE LIVES

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini