Daftar Negara Penerima Vaksin COVID-19 China, RI Masuk Prioritas

Sebarkan:
Proses Pembuatan Vaksin Sinovac (Foto: Getty Images/Kevin Frayer)
BEIJING | China merupakan salah satu negara pelopor pengembangan vaksin COVID-19. Berbagai pertanyaan pun muncul saat vaksin ini diproduksi massal, antara lain soal kapasitas, manjur tidaknya serta ketersediaannya.

Mengutip South China Morning Post, Selasa (29/9/2020) dari 300 kandidat vaksin di seluruh dunia, 9 sedang dalam proses uji coba pada manusia fase 3, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

4 Vaksin di antaranya diproduksi di China, oleh Sinovac Biotech, perusahaan swasta CanSino Biologics yang berafiliasi dengan militer, dan China National Biotec Group (CNBG) yang merupakan milik negara.

Pejabat China optimistis bahwa batch pertama vaksin Covid-19 akan siap untuk masyarakat umum pada awal November atau Desember nanti.

Menurut Komisi Kesehatan Nasional (NHC), kapasitas produksi vaksin Covid-19 tahunan negara itu akan mencapai 610 juta dosis pada akhir tahun ini, dan diperkirakan akan meningkat menjadi 1 miliar dosis tahun depan. Populasi China diperkirakan sekitar 1,4 miliar.

Nah terus negara mana yang akan mendapat vaksin dari China ini? Negara-negara di mana pengembang vaksin Tiongkok menjalankan uji klinis dapat menjadi penerima pertama. Itu artinya Uni Emirat Arab, Bahrain, Peru, Maroko, Turki, Bangladesh, Brasil, dan Indonesia akan menjadi penerima pertama. 

Vaksin COVID-19 telah menjadi bagian dari upaya China untuk memperbaiki hubungan diplomatik dengan negara-negara dari Asia hingga Afrika.

Presiden China Xi Jinping mengatakan kepada Majelis Kesehatan Dunia pada pertemuan virtual pada bulan Mei bahwa jika vaksin COVID-19 negaranya tersedia, akan diperlakukan sebagai barang untuk publik global. China telah berjanji bahwa negara-negara Afrika akan menjadi yang pertama mendapat manfaat dari vaksin yang disetujui.

Ia juga mengatakan prioritas akan diberikan kepada negara-negara Sungai Mekong - Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand dan Vietnam - dan berjanji memberi Filipina akses cepat, sementara negara-negara Amerika Latin dan Karibia akan menerima pinjaman USD 1 miliar untuk membeli vaksin COVID-19.

Berapa biaya vaksinnya?

Wakil Presiden CNBG Zhang Yuntao mengatakan bulan ini bahwa vaksinnya, jika disetujui oleh BPOM-nya China akan memiliki banderolan harga 600 yuan (sekitar Rp 1,3 juta) atau turun dari 1.000 yuan (Rp 2,2 juta) dari harga yang disarankan pada Agustus.

Tidak jelas apakah Zhang mengacu pada harga eceran atau grosir, tetapi angka tersebut masih merupakan yang tertinggi sejauh ini untuk calon vaksin. Raksasa farmasi AstraZeneca dan Johnson & Johnson telah mengutip harga yang lebih rendah untuk kandidat vaksin mereka, yang mendapat dukungan oleh pemerintah AS dan Inggris.

Sejauh ini yang termurah adalah kandidat yang dikembangkan oleh Universitas Oxford dan AstraZeneca, yang harganya sekitar USD 4 (sekitar Rp 59 ribu) per dosis jika dijual ke pemerintah AS. Negara lain memiliki kesepakatan untuk membeli vaksin dari AstraZeneca, termasuk Inggris, yang pemerintahnya telah setuju untuk membeli 100 juta dosis dengan harga yang dirahasiakan.

Pengembang lain termasuk Moderna, Pfizer dan Merck mengatakan bahwa mereka mengharapkan keuntungan dari produk mereka.

Pemerintah China akan menetapkan pedoman harga berdasarkan biaya dan dapat disesuaikan, dengan tujuan agar vaksin terjangkau bagi masyarakat. Namun belum diketahui apakah pemerintah China akan membayar seluruhnya atau sebagian untuk memvaksinasi orang.

Yang pasti tidak semua orang di China perlu mendapatkan vaksin COVID-19. Menurut Gao Fu, Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China, pemerintah belum memiliki rencana untuk vaksinasi universal. NHC mengatakan vaksinasi akan dimulai dengan kelompok berisiko tinggi termasuk agen perbatasan dan pekerja medis serta orang tua, wanita hamil dan anak-anak. (Dc)
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini