Refleksi Kudatuli, Mantan Aktivis 98 Aswan Jaya Gelar Diskusi di Medan

Sebarkan:
MEDAN | Beberapa mantan Aktivis Kota Medan berkumpul dan berdiskusi saling berbagi pengalaman untuk mengingat kembali rentetan peristiwa chaos di akhir masa Orde Baru, dalam rangka Refleksi Peristiwa Sabtu Kelabu Kudatuli (Kudeta 27 Juli) di Bengawan Cofee, Jalan Darusalam, Medan, Senin (27/7/2020).

Acara ini diinisiasi oleh mantan aktifis 98 yang kini menjadi Wakil Ketua Bidang Komunikasi Politik DPD PDIP Sumut Dr. Aswan Jaya.

Turut hadir juga, Wakil Ketua Bidang Buruh DPD PDIP Sumut Sarma Hutajulu, Wakil Ketua Bidang Hukum Alamsyah Hamdani, Kepala BSPN Daerah Sumut Leonardo Marbun, Turunan Gulo, Agus Marwan, Wahyu, Harizal, Hasan, Khaidir, Barat dan beberapa aktifis Mahasiswa USU, UINSU dan UMSU.

Dalam keterangan persnya, Aswan Jaya mengatakan bahwa kegiatan ini dimaksudkan untuk kembali menapak tilas gerakan pro demokrasi yang ada di Sumut, khususnya Kota Medan dengan segala dinamikanya. Mengingat pada masa itu tehnologi informasi belum secanggih saat ini maka banyak catatan sejarah yang hilang dan terputus.

"Untuk itu kita kembali mengumpulkan para pelaku sejarahnya untuk mengumpulkan kembali puzzle cerita yang banyak terputus terutama di periode 1996-1998," ujar Aswan Jaya.

Sementara, salah satu aktivis yang sempat menjadi salah satu Komisioner KPUD Sumut Turunan Gulo menyatakan bahwa sesungguhnya gerakan demokrasi di Sumut khususnya Kota Medan memiliki api gerakan yang cukup besar dan menentukan gerakan secara nasional.

"Ternyata api gerakan di Medan itu sangat besar dan mempengaruhi gerakan secara nasional, tapi karena catatan sejarah tidak terdokumentasi, maka api gerakan itu jadi terlihat kecil," ungkapnya.

Dalam diskusi yang sangat santai tersebut, akhirnya tercetus keinginan untuk menulis buku sejarah gerakan di Kota Medan.

Hal ini, menurut Aswan Jaya, dimaksudkan untuk melengkapi literasi generasi aktifis masa kini terhadap catatan sejarah masalalu agar tidak hilang dimakan zaman, apalagi para pelaku sejarahnya itu sendiri semakin dimakan usia bahkan beberapa di antaranya sudah terlebih dahulu meninggal dunia.

"Intinya tadi muncul ide untuk menulis buku sejarah yang bersumber dari pelaku sejarah langsung dan beberapa catatan serta dokumentasi yang masih tertinggal," ungkap Aswan.

Senada dengan itu, Mantan Aktifis Perempuan Sarma Hutajulu mendukung niat baik penulisan buku tersebut.

Menurutnya, dinamika gerakan Kota Medan memiliki kekhasan terutama di masa-masa sulit, dan Medan menjadi sebuah kota yang menjadi titik awal peristiwa Kudatuli dimana KLB PDI yang melahirkan PDI Suryadi dilaksanakan di Medan dan masa itu adalah masa mencekam serta masa paling sulit bagi Kader PDI Pro Mega.

"Sangat sedikit catatan maupun dokumentasi yang menceritakan heroisme gerakan di Medan, maka saya sangat mendukung jika ada insiatif menulis buku tersebut," kata Sarma. (Sdy)
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini