PADANGSIDIMPUAN | Kisah Yelia Roza, salah satu warga Kota Padangsidimpuan yang sudah lama mengidap penyakit Asma kini tengah berbahagia.
Pasalnya setelah menggunakan JKN-KIS, penyakit yang ia derita akhirnya bisa sembuh dan terobati.
Asma adalah merupakan penyakit kronis menahun yang menyerang saluran pernapasan. Gangguan ini berupa sesak atau kesulitan bernapas akibat peradangan yang menyebabkan penyempitan saluran pernafasan.
Kisah pengalaman sembuh dari asma bisa menjadi inspirasi, bagaimana seseorang berjuang dan lepas dari belenggu penyakit. Terlebih penyakit asma dikabarkan belum ada obatnya sehingga pengobatannya lebih untuk meredakannya saja.
Salah satu penderitanya adalah Yelia Roza, seorang Pegawai Negeri Sipil yang sedari kecil telah divonis dokter mengidap asma bronkial.
Lahir dan dibesarkan di Tanah Datar, Sumatera Barat yang terkenal sebagai daerah yang dingin, penyakit asma yang dideritanya mengharuskan Yelia kecil untuk berkali-kali masuk ruang IGD akibat rasa sesak tidak tertahankan yang tiba-tiba menyerang.
"Sakit asma saya sudah lama, sejak kecil, kemudian sekarang saya juga hipertensi. Kata dokter saya tidak boleh ada batuk, karena kalau batuk itu resikonya tinggi. Makanya saya jaga benar kalau ada batuk harus segera ditangani sama dokter. Tapi memang saat itu belum banyak perubahan, jadi saya tetap harus bolak-balik ke IGD," ungkap Yelia, Senin (20/7/2020).
Beruntung setelah dirinya mulai bekerja, seluruh biaya berobat asmanya ditanggung oleh PT Askes (Persero) pada saat itu. Lambat laun dirinya mulai dapat menyisihkan biaya berobat untuk kebutuhan pribadinya.
Sampai dengan saat ini, Yelia tetap melanjutkan perawatan asmanya sebagai peserta JKN-KIS, setelah PT Askes (Persero) bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan.
Tidak ada yang berubah, seluruh biaya berobat dan perawatan asma dan hipertensinya tetap dijamin seratus persen. Tahun 2019 yang lalu Yelia akhirnya memutuskan ikut suaminya pindah, serta memindahkan FKTP tempat ia terdaftar ke Kota Padangsidimpuan.
Di FKTP yang baru, dokter mulai memberikannya treatment dan obat yang berbeda. Yelia pun mulai mengikuti Program Rujuk Balik (PRB) dan memperoleh obat secara rutin setiap bulan.
Tanpa perlu khawatir, biaya obat-obatan Yelia sepenuhnya dijamin dalam Program JKN-KIS sehingga dirinya tidak perlu mengeluarkan uang sepeserpun.
"Kalau saya istilahkan ketemu jodoh ya. Karena belum ada perubahan yang signifikan, di sini (Padangsidimpuan) saya disarankan dokter menggunakan symbicort (obat asma). Alhamdulillah udah setahun saya tidak ke IGD lagi dengan obat yang ditanggung BPJS Kesehatan," ungkapnya.
"Paling saya rutin ambil obat, sama sesekali konsultasi kalau saya batuk. Obatnya saya lihat lumayan mahal loh, ada yang 600 ribuan harganya. Jadi saya Alhamdulillah banget gitu loh," tutur ibu empat orang anak ini dengan perasaan bahagia.
Kemudian, menanggapi tentang iuran, Yelia sangat menyayangkan masih ada peserta yang menunggak membayar. Besaran iuran yang ditetapkan oleh Pemerintah, menurutnya, masih sangat terjangkau jika dibandingkan dengan biaya berobat yang mahal.
Masyarakat harus memberikan dukungan agar Program JKN-KIS dapat bertahan dan memberikan pelayanan yang lebih baik.
"Pandangan saya BPJS Kesehatan itu bagus kok. Produk dan pelayanannya semua sudah bagus, hanya saja masyarakatnya yang belum terbiasa. Padahal kalau sakit sebenarnya mau tidak mau harus kita bayar lunas biaya berobatnya. Malah dengan JKN-KIS kita bisa cicil membayarnya setiap bulan, sebelum sakit. Coba hitung sendiri deh, cost berobat sendiri pasti lebih besar daripada bayar iuran bulanan JKN-KIS," pungkasnya.(Syahrul)
Pasalnya setelah menggunakan JKN-KIS, penyakit yang ia derita akhirnya bisa sembuh dan terobati.
Asma adalah merupakan penyakit kronis menahun yang menyerang saluran pernapasan. Gangguan ini berupa sesak atau kesulitan bernapas akibat peradangan yang menyebabkan penyempitan saluran pernafasan.
Kisah pengalaman sembuh dari asma bisa menjadi inspirasi, bagaimana seseorang berjuang dan lepas dari belenggu penyakit. Terlebih penyakit asma dikabarkan belum ada obatnya sehingga pengobatannya lebih untuk meredakannya saja.
Salah satu penderitanya adalah Yelia Roza, seorang Pegawai Negeri Sipil yang sedari kecil telah divonis dokter mengidap asma bronkial.
Lahir dan dibesarkan di Tanah Datar, Sumatera Barat yang terkenal sebagai daerah yang dingin, penyakit asma yang dideritanya mengharuskan Yelia kecil untuk berkali-kali masuk ruang IGD akibat rasa sesak tidak tertahankan yang tiba-tiba menyerang.
"Sakit asma saya sudah lama, sejak kecil, kemudian sekarang saya juga hipertensi. Kata dokter saya tidak boleh ada batuk, karena kalau batuk itu resikonya tinggi. Makanya saya jaga benar kalau ada batuk harus segera ditangani sama dokter. Tapi memang saat itu belum banyak perubahan, jadi saya tetap harus bolak-balik ke IGD," ungkap Yelia, Senin (20/7/2020).
Beruntung setelah dirinya mulai bekerja, seluruh biaya berobat asmanya ditanggung oleh PT Askes (Persero) pada saat itu. Lambat laun dirinya mulai dapat menyisihkan biaya berobat untuk kebutuhan pribadinya.
Sampai dengan saat ini, Yelia tetap melanjutkan perawatan asmanya sebagai peserta JKN-KIS, setelah PT Askes (Persero) bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan.
Tidak ada yang berubah, seluruh biaya berobat dan perawatan asma dan hipertensinya tetap dijamin seratus persen. Tahun 2019 yang lalu Yelia akhirnya memutuskan ikut suaminya pindah, serta memindahkan FKTP tempat ia terdaftar ke Kota Padangsidimpuan.
Di FKTP yang baru, dokter mulai memberikannya treatment dan obat yang berbeda. Yelia pun mulai mengikuti Program Rujuk Balik (PRB) dan memperoleh obat secara rutin setiap bulan.
Tanpa perlu khawatir, biaya obat-obatan Yelia sepenuhnya dijamin dalam Program JKN-KIS sehingga dirinya tidak perlu mengeluarkan uang sepeserpun.
"Kalau saya istilahkan ketemu jodoh ya. Karena belum ada perubahan yang signifikan, di sini (Padangsidimpuan) saya disarankan dokter menggunakan symbicort (obat asma). Alhamdulillah udah setahun saya tidak ke IGD lagi dengan obat yang ditanggung BPJS Kesehatan," ungkapnya.
"Paling saya rutin ambil obat, sama sesekali konsultasi kalau saya batuk. Obatnya saya lihat lumayan mahal loh, ada yang 600 ribuan harganya. Jadi saya Alhamdulillah banget gitu loh," tutur ibu empat orang anak ini dengan perasaan bahagia.
Kemudian, menanggapi tentang iuran, Yelia sangat menyayangkan masih ada peserta yang menunggak membayar. Besaran iuran yang ditetapkan oleh Pemerintah, menurutnya, masih sangat terjangkau jika dibandingkan dengan biaya berobat yang mahal.
Masyarakat harus memberikan dukungan agar Program JKN-KIS dapat bertahan dan memberikan pelayanan yang lebih baik.
"Pandangan saya BPJS Kesehatan itu bagus kok. Produk dan pelayanannya semua sudah bagus, hanya saja masyarakatnya yang belum terbiasa. Padahal kalau sakit sebenarnya mau tidak mau harus kita bayar lunas biaya berobatnya. Malah dengan JKN-KIS kita bisa cicil membayarnya setiap bulan, sebelum sakit. Coba hitung sendiri deh, cost berobat sendiri pasti lebih besar daripada bayar iuran bulanan JKN-KIS," pungkasnya.(Syahrul)