Labura - Desa Brusel, Kecamatan Marbau, Kabupaten Labuhanbatu Utara (Labura) belakangan ini di protes tentang Program Keluarga Harapan (PKH).
Protes tersebut, muncul dari ibu Kasianti karena dianggap tidak mendapatkan PKH. Padahal, data Kasianti telah telah dikirim di bulan Oktober 2019 lalu oleh pemerintah Desa setempat.
"Untuk ibu Kasianti datanya telah kita kirim di bulan Oktober 2019 lalu, namun selanjutnya keluar apa nggak namanya, itu wewenang Kementerian Sosial (Kemensos) RI," jelas Kepala Desa Perkebunan Brusel Irwanto kepada metro-online.co , Minggu (5/4/2020).
Lajutnya, pihaknya hanyalah memfasilitasi data penerima PKH. Kemudian, yang menentukan penerima dana PKH sama sekali bukan melalui pihak Desa.
Dijelaskan Irwanto, data penerima PKH Desa Perkebunan Brusel ada perubahan maupun penambahan . Untuk yang meninggal, telah pindah dan kehidupannya telah berkecukupan telah di coret dalam daftar penerima PKH.
"Atas dasar itu, makanya kita usul beberapa.orang penambahan untuk penerima PKH di bulan Oktober 2019 lalu, salah satunya ibu Kasianti", ujar Kades Perkebunan Brusel.
Irwanto menjelaskan, ibu Kasianti sebelumnya bekerja sebagai SKO di sebuah perusahaan, dan telah berhenti di tahun 2018.
"Penerima PKH saat ini masih data lama, jadi untuk penerima PKH yang benar- benar susah, kalau ibu tersebut saat itu masih karyawan makanya tidak masuk penerima PKH", tambah Irwanto.
Dikatakan Irwanto, pihaknya tidak mengetahui siapa.saja saat ini telah menerima data PKH, karena semuanya menentukan oleh Kemensos RI, sedangkan pihak desa hanya mengusulkan.
Tentang anaknya ibu Kasianti tidak lagi sekolah saya rasa kemauan sendiri. Tidak mungkin ibu Kasianti tidak mampu menyekolahkan anaknya, yang mana ibu tersebut masa itu masih bekerja, sebut Irwanto.
Kepada wartawan, perempuan yang sebelumnya bekerja sebagai karyawan itu mengakui ada di datangi dua orang. Dalam keterangannya, ia ditanya tentang ada nggak menerima dana PKH.
"Saya ada didatangi orang, nanya-nanya dana PKH, saya jawab belum pernah dapat", jelas Kasianti.
Kasiati juga menyebutkan, anaknya memang tidak mau sekolah lagi, padahal udah didesak agar tetap sekolah.
"Saya sudah paksakan agar sekolah, namun anak saya tidak mau juga, ya terserahlah", kata Kasianti.
Wanita paruh baya yang ngaku memiliki 9 ekor lembu dan 5 Rante kebun sawit tersebut, akan meminta maaf kepada Kepala Desa, perangkat Desa dan masyarakat Desa Perkebunan Brusel.
"Bapak Kepala Desa itu orang baik, anak saya saja kerja di kebun sawit pak Kades. Maafkan saya, atas penjelasan saya saat ditanya tidak pernah menerima dana PKH", kata Kasianti.
Sementara Ayu, pedamping PKH Desa Perkebunan Brusel mengatakan, penerima PKH di Desa Perkebunan Brusel saat ini hanya 8 orang, sebagian di coret karena dianggap sudah mampu, meninggal dan pindah dari desa.
"'Untuk penambahan, kita tunggu datanya siapa yang layak menerima dana PKH dari Kemensos RI," ujarnya. (Indra).