Diserang Virus Hog Cholera, 1660 Ekor Babi Mati di Karo

Sebarkan:
KARO - Wabah virus yang menyebabkan kematian ribuan ekor ternak babi di Kabupaten Karo akhir-akhir ini, membuat para peternak merugi hingga milliaran rupiah.

Bahkan, saking stress dan terpukul akibat ternak babi yang siap jual dipasar mati tiba-tiba, para peternak membuang bangkai babi disembarang tempat.

Apakah itu disengaja atau tidak, sampai saat ini belum diketahui penyebabnya.

Namun, menurut beberapa warga, yang ditemui wartawan di sekitar lokasi penemuan bangkai babi berpendapat, para peternak sengaja membuang bangkai babi disembarang tempat karena belum adanya perhatian dari pemerintah daerah.

"Bisa saja begitu, bayangkan aja dari awal terdengar ada virus mewabah ternak babi di Sumut. Tapi Pemda Karo tak merespon sebelum virus itu menyebar," ujar warga yang mengaku bermarga Situmorang (50), Rabu (4/12/2019).

Setelah terbukti betapa kejamnya virus yang berakibatkan 1660 ekor ternak babi warga mati, Pemkab Karo belum bisa menetapkan atau melakukan pemusnahan massal terhadap ternak babi diduga terjangkit virus Hog Cholera dan munculnya virus baru Suspect African Swine dan Fever (demam babi Afrika).

"Kementerian Pertanian belum ada menetapkan kejadian ini sebagai wabah. Bahkan kematian ternak babi bukan saja di Karo melainkan di beberapa daerah di Sumut," ujar Wakil Bupati Karo Cory Sebayang dalam siaran persnya di Aula Dinas Pertanian Karo, Rabu (4/12/2019).

Sementara, menurut Kadis Pertanian Metehsa Purba, belum ditetapkannya sebagai wabah atas kematian babi di Karo, sehingga belum ada kajian untuk membuat ganti rugi.

"Dari 17 Kecamatan di Karo, sudah ada 9 Kecamatan ternak babinya mati. Sementara di Sumut juga sudah ada 16 Kabupaten/Kota," ungkapnya.

Selain itu, jelasnya lagi, dalam rangka mempercepat informasi pelaporan dan respon penanganan terhadap babi sakit, mati, ataupun aduan adanya pembuangan bangkai babi ke sungai ataupun tempat lain, Pemkab Karo telah mengaktifkan posko di setiap Kecamatan.

"Adanya posko ini diharapkan dapat mengoptimalkan penanganan kasus. Saya menghimbau kepada masyarakat agar memanfaatkan keberadaan posko untuk menyampaikan informasi terkait kasus babi yang sakit, mati, atau dibuang sembarangan," terang Metehsa.

Sementara, lanjutnya, penyakit demam babi tidak menular ke manusia. Pihaknya telah menerbitkan surat edaran tentang kewaspadaan terhadap penyebaran penyakit ternak babi. Bagi para pedagang dihimbau agar tidak mendatangkan babi dari luar Karo.

"Apabila mendatangkan ternak babi dari luar Karo harus disertai surat keterangan kesehatan hewan dari dokter hewan yang berwenang dari daerah asal dan tidak memperjualbelikan ternak dalam kondisi sakit. Bila ada ternak babinya yang sakit atau mati segera hubungi Dinas Pertanian Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Karo," beber Metehsa.

Ia menghimbau, para peternak harus melakukan pemusnahan dan penguburan terhadap ternak babi yang mati, serta tidak membuang bangkai ke sungai, membersihkan kandang dan tempat pakan setiap hari dan melakukan penyemprotan desinfektan pada kandang dan peralatan.

"Begitu juga dengan pakannya harus dimasak dengan suhu 90 derajat Celcius selama 60 menit sebelum pakan diberikan kepada ternak babi, serta membatasi ke luar masuk pengunjung/tamu ke lingkungan kandang ternak babi," ungkapnya.

Tampak hadir, Sekdakab Kamperas Terkelin Purba, Sekretaris Distan Munarta Ginting, Kadishub Gelora Fajar Purba, Camat Kabanjahe Frans Leonardo Surbakti, Kabid Peternakan Herni Lidia Br Peranginangin, peternak babi dan unsur pers. (Ms. Keloko)
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini