Tiga Rumah Jaringan Bom Bunuh Diri di Belawan Digeledah, Sejumlah Orang Diamankan

Sebarkan:
MEDAN - Tim gabungan dari Densus 88 Antiteror Mabes Polri dan Gegana Polda Sumut kembali menggeledah 3 rumah di Canang Kering, Lingkungan 20, Kelurahan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan, Jumat (15/11/2019) pukul 15.00 WIB.

Penggeledahan berlangsung di rumah yang dihuni Syafri (28) dan rumah Anto (42) yang merupakan guru ngaji serta rumah abang beradik, Aris (28) dan Fadli (23) yang jaraknya berdekatan.

Tim gabungan langsung menuju rumah bercat merah jambu. Di rumah itu hanya ada istri Syafri, Ainun bersama anaknya serta kerabatannya. Secara bersamaan juga, petugas menggeledah rumah Anto yang berjarak hanya 50 meter dari rumah Syafri dan rumah Aris.

BACA JUGA:Pasca Baku Tembak, Densus 88 Amankan 4 Teroris

Petugas melakukan penyisiran ke seluruh bagian rumah yang juga tidak jauh dari rumah Aris dan Fadli yang sebelumnya sudah diamankan petugas. Selama proses penggeledahan, sekitar areal lokasi dijaga ketat oleh petugas.

Garis polisi disterilkan untuk mengawasi proses penggeledahan yang menjadi perhatian warga sekitar. Penggeledahan berlangsung sekitar 3 jam lebih, petugas Inafis Polda Sumut dan Densus 88 Antiteror mengamankan sejumlah barang mencurigakan dari 3 rumah tersebut.

Lurah Sicanang, Zulkifli mengatakan, dirinya mendampingi polisi untuk melakukan penggeledahan. Untuk barang yang diamankan polisi tidak ada dijelaskannya, karena bukan ranahnya untuk berbicara.

"Yang jelas ada 3 rumah yang diperiksa, rumah itu berdekatan diantaranya rumah Syafri, Anto dan Aris. Mereka memang warga saya, untuk keseharian mereka di lingkungan saya tidak begitu tahu," katanya.

Warga sekitar Juadi mengatakan, rumah yang ditempati Syafri adalah milik mertuanya Iwan. Sekitar 2 bulan lalu, Iwan telah berangkat ke Bengkulu untuk membawa cucunya. Tujuannya ke Bengkulu ke rumah anak pertamanya, Khairudin yang sudah menetap lama di Bengkulu.

"Sejak Iwan berangkat ke Bengkulu, rumah itu yang tinggal hanya si Syafri dan istrinya bersama anak mereka. Selama ini, tidak ada aktivitas aneh di rumah itu, memang ada pengajian tapi mereka tertutup," cerita kakek berusia 75 tahun ini.

Selama ini, di rumah Syafri itu selalu datang teman-teman pengajiannya. Selama ini, masyarakat sudah resah dengan aktivitas mereka yang tidak mau bergaul dan membentuk pengajian aneh serta menganggap tetangga adalah orang kafir.

"Karena meresahkan, warga melarang mereka untuk beribadah di mesjid dekat sini. Aktivitas keanehan yang mereka lakukan sudah ada 4 tahun ini, bahkan polmas dan babinsa sudah sering meminta warga memantau mereka," ucap kakek berusia 75 tahun ini.

Disinggung di mana si Syafri dan Anto, kakek bercucu ini mengaku, sejak kejadian bom bunuh diri di Markas Polrestabes Medan, keduanya sudah menghilang dari rumah itu. Di rumah Syafri hanya ada istri dan anaknya, sedangkan si Anto telah kabur bersama dengan istrinya.

"Setelah peristiwa itu, ada kami lihat mereka pergi naik 2 kereta berboncengan. Habis itu sampai sekarang tidak nampak lagi mereka," cerita Juhadi.

Mengenai Syafri, selalu memberikan keanehan. Pada saat khutbah jumat sempat keluar dari masjid, karena mereka menganggap tidak cocok dengan mereka. Selain itu, si Syafri sebelumnya bekerja sebagai satpam dipecat karena tidak mau hormat bendera Merah Putih.

"Saya ingat kali, pas khutbah jumat dia (Syafri) keluar mesjid. Pas waktu salat baru dia ikut salat lagi," bebernya.
Abang Beradik Diamankan dari Sicanang

Aris (28) dan Adiknya, Fadli (23) diduga jaringan pelaku bomber bunuh diri Markas Polrestabes Medan kembali diamankan.

Abang beradik ini diamankan setelah diserahkan orangtuanya, Rudi Suharto (52) kepada kepling. Kemudian keduanya dijemput petugas Polres Pelabuhan Belawan untuk dibawa ke Mapoldasu, Kamis (14/11/2019) malam.

Menurut keterangan Rudi Suharto, anaknya selama ini ada terlibat pengajian terdiri dari tiga orang yakni, Aris merupakan laki - laki paling besar, kemudian adiknya, Andri dan Fadli.

Mereka bertiga aktif pengajian selama setahun yang juga berteman dengan Rabbial merupakan pelaku bomber bunuh diri di Markas Polrestabes Medan.

"Sewaktu terjadi bom bunuh diri itu, saya ada lihat TV. Siang itu si Andri mulai gelisah masuk kamar. Sorenya, si Andri saya terburu-buru keluar rumah mengambil jaket pergi sampai sekarang tidak tahu ke mana," cerita Rudi Suharto di rumahnya.

Dibeberkan pria akrab disapa Ucok Udang ini, selama penayangan di televisi, ia mendengar nama anaknya tercatat jaringan teman pelaku bomber bunuh diri di Markas Polrestabes Medan. Keterlibatan anaknya semakin diperkuat dengan informasi yang diterimanya dari kepling.

Merasa curiga, kemarin sore, Rudi memanggil Aris dan adinya Fadli dari tambak untuk ditanyai seputaran keterlibatan mereka atas peristiwa tersebut.

"Kemarin sore, saya tanya mereka. Katanya memang kenal sama di Rabbial. Tapi hanya sebatas teman mengaji, saya sempat bilang jangan ikut paham teroris, tapi mereka tidak membantah. Setelah itu mereka kembali jaga tambak," cerita Rudi.

Malamnya, sepulang wirid ia bertemu kepling disarankan untuk membawa anaknya ke rumah kepling. Malam itu juga, Rudi kembali memanggil kedua anaknya dari tambak diserahkannya ke kepling kemudian dijemput pihak kepolisian.

"Tadi malam, waktu saya antar mereka. Polisi menjemput kedua anak saya, sampai saat ini saya belum tahu apa status anak saya. Mereka itu saya harap tidak ikut dalam paham radikal itu, kalau ikut-ikutan belum tentu pelaku," pungkas Rudi. (Mu-1)
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini