Wisata Halal di Danau Toba Jangan Dipaksakan

Sebarkan:
MEDAN-Konsep wisata halal di Danau Toba diprotes warga, terutama yang bermukim di kawasan pinggiran Danau Toba.

Hal ini juga disayangkan tokoh masyarakat Sumut, James Ganda Sormin. Menurutnya, konsep wisata halal di Danau Toba yang diprogramkan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) belum saatnya dilakukan.

"Kalau alasannya untuk memberikan kenyamanan kepada turis terutama yang dari luar negeri, diperlukan penelitian mendalam, jangan dipaksakan," ujar James Ganda Sormin kepada wartawan, Rabu (11/9/2019).

Selama ini menurut James, tak ada polemik antara turis dengan warga sekitar Danau Toba. Bahkan, kerukunan antar umat beragama sangat kuat di daerah Batak.

"Saya sangat bangga bahwa kerukunan antar umat beragama di daerah Batak tetap terjalin dengan baik. Yang dikhawatirkan jika wisata halal ini dilakukan akan menimbulkan riak-riak," tambahnya.

Tingginya kerukunan umat beragama di daerah Batak dapat dilihat pada acara adat. Misalnya, pada acara adat warga yang beragama Kristen, Warga yang beragama lain turut serta membantu. Dan yang paling nyata, saat penyembelihan kerbau pada acara adat. Untuk melakukan penyembelihan diserahkan kepada warga yang beragama muslim. Hal ini sudah berlangsung sejak dulu.
Untuk itu, program Pemprovsu seperti wisata halal ditunda dulu.

"Masih banyak persoalan-persoalan terutama yang menyangkut kepentingan masyarakat Sumut yang perlu diselesaikan. Gubernur Sumatera Utara cukup meminta Bupati setiap kabupaten yang ada di pinggiran Danau Toba untuk memperbaiki pelayanan kepada para turis, terutama turis yang beragama muslim. Bila perlu dibuat zonasi halal yang dilengkapi sarana dan prasarana seperti mesjid dan lainnya," terang James Ganda Sormin.

James Ganda Sormin juga meminta tokoh-tokoh Batak agar memperjuangkan suku Batak, jangan mendukung program-program yang dianggap dapat melukai hati orang Batak. Sebelumnya, Pempropsu menegaskan, konsep Wisata Halal tidak menghilangkan kearifan lokal yang ada di Danau Toba.

“Wisata halal beda konsep wisata syariah. Wisata halal hanya sekadar memberi kebutuhan bagi wisatawan, wisata halal bukan berarti meniadakan, makanya kearifan lokal tidak terganggu,” ujar Kabid Bina Pemasaran Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumut Muchlis.

Tambah Mukhlis, wisata halal bisa diterapkan berdampingan dengan kearifan lokal yang ada, termasuk tak menghalalkan daging babi.

Muchlis mengatakan, konsep wisata halal sudah bergulir sejak lama. Konsep tersebut untuk mengakomodir kebutuhan para wisatawan yang datang ke Danau Toba.

Saat ini 55 persen wisatawan yang datang berkunjung berasal dari Malaysia. Konsep itu juga dimaksudkan untuk mengambil pasar yang sedang bertumbuh saat ini, yakni wisata halal. (ka)
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini