Tokoh Muslim: “Mereka Membolak-Balik Fakta dan Memfitnah Jokowi“

Sebarkan:
Gerakan Tangkal Fitnah Kamis (4/4/19) di Media Center TKN, Menteng, Jakarta Pusat.
JAKARTA | Sejumlah tokoh muslim mengungkapkan, hoax alias kebohongan dan fitnah telah membutakan sebagian masyarakat terhadap realitas kinerja Jokowi terhadap umat Islam sebagai bagian tebesar dari masyarakat di Indonesia.

Hal itu terungkap dalam diskusi dan konferensi pers  “Tokoh Muslim Melawan Kebohongan dan Fitnah” yang digelar Gerakan Tangkal Fitnah Kamis (4/4/19) di Media Center TKN, Menteng, Jakarta Pusat.

“Mereka menutupi mata masyarakat akan kinerja yang telah diperbuat pemerintahan Jokowi dengan fitnah dan kebohongan perihal PKI, antek asing, penista ulama dan anti Islam. Apa jadinya negara kalau orang mencari kekuasaan dengan fitnah? Pembuat hoax adalah orang fasik yang merusak negara,” ujar Deddy Mizwar.

Selain Deddy Mizwar, diskusi juga menghadirkan narasumber Ketua PB NU KH Imam Azis Ketua PBNU, mantan Ketua Umum PB HMI Hasanuddin dan Ketua Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Najih Prasetyo, serta Syafril Nazirudin pegiat GTF.

“Fitnah yang senantiasa diulang-ulang seperti lagu malah semakin tidak dipedulikan masyarakat. Masyarakat sudah memiliki mekanisme internal, dan kami melihat mereka yang suka melakukan fitnah dan kebohongan itu justru semakin tidak kredibel, tidak dipercayai oleh masyarakat,” kata KH Imam Azis.

Menurutnya, sudah tidak saatnya masyarakat ditakut-takuti dengan hantu PKI karena sudah tidak sesuai dengan realitasnya.
GTF secara rutin mengamati dan menganalisis pola persebaran hoax yang ditujukan kepada Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Joko Widodo dan KH. Ma’ruf Amin.

Jokowi dituduh antek asing, padahal Jokowi kenyataannya melawan kepentingan asing dengan membubarkan Petral dan mengambil alih Freeport, sehingga lebih banyak memberikan keuntungan bagi umat.

Sementara mantan Ketua Umum HMI Hasanuddin mengatakan fitnah terhadap Jokowi sesungguhnya dilakukan dengan realitas yang terbalik.

“Coba lihat tuduhan kriminalisasi ulama, padahal Jokowilah yang terdepan menggandeng ulama. Tuduhan anti Islam, justru Jokowi adalah Presiden yang sungguh-sungguh memuliakan Islam dan umatnya. Tuduhan tukang utang, justru Jokowi adalah presiden yang sangat bijak menggunakan utang untuk kepentingan produktif. Jadi sebetulnya fitnah yang mereka buat itu  justru dibangun untuk menutupi kelemahan kandidatnya, untuk mendapatkan target elektoral,” katanya.

“Masyarakat semakin paham, hoax atau kebohongan itu sengaja diciptakan untuk menggalang sentimen keagamaan umat,” ujarnya lagi.

Sementara Najih Prasetyo menyerukan umat Islam tidak terkecoh dengan hoax atau kebohongan yang berusaha menyesatkan sentimen umat itu.

Berdasarkan laporan Kementerian Komunikasi dan Informatika pekan lalu, sejak bulan Februari telah terjadi peningkatan jumlah hoax secara masif. Sebanyak 498 hoax telah terjaring yang berarti hampir tiap hari setidaknya terdapat 17 jenis hoax yang beredar. Padahal sebelumnya Kominfo mengidentifikasi 771 hoax sejak bulan Agustus 2018 hingga Februari 2019, yang artinya terdapat sekitar 3 hingga 4 jenis setiap harinya.

GTF mengidentifikasi semburan fitnah semakin meningkat, dengan topik  yang semakin diulang-ulang di hari-hari mendekati pemilu April 2019, yaitu dengan mengangkat isu atau topik PKI/Komunis, kriminalisasi ulama, TKA Asing-Cina, Utang Luar Negeri, pengangguran, dan Harga Barang Mahal serta tentang buruknya penyelenggaraan pemilu.(alois)
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini