Rabu Satu Talkshow Perdana, Bergerak Pilih Orang Baik

Sebarkan:
Rumah Cemara menjadi tempat gelaran perdana 'Rabu Satu Talkshow', sebuah helatan diskusi ringan yang menghadirkan narasumber dari berbagai latar belakang, komunitas serta mengundang sosok-sosok yang kita temui sehari-hari. Orang-orang baik yang bekerja keras karena ingin maju. Rabu Satu Talkshow yang perdana ini mengusung tema diskusi “Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup”,

Sesi talkshow Rabu Satu dibuka oleh Fiki Satari selaku Direktur Konten Tim Kampanye Nasional (TKN) Koalisi Indonesia Kerja (KIK) yang memaparkan beragam capaian pemerintah berkaitan dengan alam dan lingkungan hidup. Dalam kesempatan tersebut Fiki Satari menggaris bawahi komitmen dan harapan Jokowi untuk sumber daya alam dan lingkungan hidup Indonesia.

“Kedepan, penguatan tata kelola sumber daya alam, khususnya untuk menjamin ketahanan pangan, pengembangan ekonomi kerakyatan, dan tentunya konservasi lingkungan akan lebih ditingkatkan” ditegaskan Fiki Satari dalam kesempatan tersebut.

Bertindak sebagai moderator adalah Emmy Hafild, seorang aktivis lingkungan senior yang mengawali sesi diskusi dengan memaparkan beberapa pencapaian fantastis pemerintahan Jokowi.

Usai paparan tersebut Emmy mengundang Hamzah sebagai perwakilan Paguyuban Tani Sunda Hejo, Garut, Jawa Barat untuk berbagi pengalaman selaku masyarakat yang merasakan dampak baik Perhutanan Sosial. Program ini efektif memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk mengelola sumber daya alamnya sesuai dengan kearifan lokal. Keterlibatan aktif dari warga, termasuk petani perempuan, juga memungkinkan peningkatan kesejahteraan yang sebelumnya tidak optimal.

 “Adanya program Perhutanan Sosial memungkinkan 35 tahun bagi petani untuk mengelola lahannya dengan tenang. Tanah pun boleh diwariskan, sepanjang tidak disalah-gunakan..” ujar Hamzah.

Capaian akses Perhutanan Sosial melesat pesat dibawah kepemimpinan Jokowi.
Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menunjukkan, selama kurun waktu tujuh tahun (2007-2014) hanya 0.46 juta ha lahan yang dikelola masyarakat. Angka ini meningkat 450% dalam waktu 4 tahun (2015-2018). Lebih dari 267.000 keluarga telah merasakan manfaat program ini.


Chalid Muhammad, Ketua Institut Hijau Indonesia, yang dihadirkan sebagai salah satu narasumber dalam Rabu Satu perdana juga membenarkan pernyataan Hamzah, sebutnya “Solusinya memang pengelolaan hutan oleh masyarakat. ” sebagai bentuk nyata dari konsep program Perhutanan Sosial yang digagas oleh pemerintahan Jokowi.

'Indonesia Stop Ekspor Asap'
Dalam sesi berikutnya yang diisi oleh Agus Sari, seorang aktivis dan pengamat lingkungan hidup juga ditambahkan bagaimana kinerja pemerintahan Jokowi sukses menekan angka kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang berdampak buruk bagi kualitas hidup puluhan juta masyarakat Indonesia, khususnya di Sumatera, yang selama bertahun-tahun sebelumnya terus terganggu asap karhutla.

“Bayangkan sudah lebih dari dua dekade permasalahannya itu-itu saja (karhutla, red). Sekarang 90% kebakaran hutan kita itu sudah menurun, lebih dari 60% kerusakan hutan kita sudah membaik, dan itu akan diteruskan” ,tegas Agus Sari saat membahas perihal karhutla.

'Di Jalur Tepat untuk Mewujudkan Pangan Laut Abadi'
Dampak baik bagi lingkungan, sosial, dan ekonomi dirasakan masyarakat secara langsung dengan adanya program Perhutanan Sosial.

Hal tersebut disampaikan Aang, seorang petambak udang dari Kelompok Tani Mina Bakti, Muara Gembong, Bekasi. Aang menambahkan, “Dulu penghasilan petambak udang  di Muara Gembong hanya sekitar 15 juta per 6 bulan per petambaki. Kini berhasil memperoleh 325 juta per 6 bulan per petani berkat program Perhutanan Sosial.”

Dalam kesempatan yang sama narasumber ketiga, Riza Damanik, Ketua Umum Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) menegaskan, “Pondasi empat tahun terakhir cukup kuat untuk Indonesia menjadi pemain utama perikanan dunia dan terus terpenuhinya konsumsi domestik karena sumber pangan laut yang abadi.”

'Diskusi Hangat di Rabu Satu'
Antusiasme pengunjung Rabu Satu terlihat sangat tinggi dengan munculnya beberapa pertanyaan saat sesi tanya jawab dibuka kepada para masyarakat penerima manfaat program pemerintah yang dihadirkan. Tati, salah satu audiens dalam Rabu Satu bahkan menyebutkan keinginannya untuk mengunjungi Muara Gembong untuk melihat langsung aktivitas usaha para anggota kelompok tani tambak udang Mina Bakti setelah mendengar langsung paparan dari Aang.

Tidak tanggung-tanggung salah satu audiens yang berasal dari Sulawesi Tenggara, Sucianti, bahkan mengundang perwakilan Mina Bakti dan Sunda Hejo untuk hadir ke Sulawesi Tenggara dan berbagi ilmu untuk diterapkan di Sulawesi Tenggara.

Sesi tanya jawab tersebut sekaligus menjadi rangkaian sesi penutup dari Rabu Satu Talkshow edisi perdana ini. Ke depannya Rabu Satu Talkshow akan terus digelar setiap Rabu sore dan membahas topik-topik menarik lainnya.

'Paguyuban Tani Sunda Hejo:'
Kebun kopi dan proses tanam yang dilakukan Paguyuban Tani Sunda Hejo berlokasi di Kadungora, Garut, Jawa Barat. Sebagai salah satu kelompok tani yang mendapatkan manfaat langsung dari program Perhutanan Sosial yang digagas Jokowi melalui Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) saat ini kopi Sunda Hejo bahkan telah diekspor 100-200 ton setiap bulannya ke California, Amerika Serikat. Paguyuban Tani Sunda Hejo juga kerap menjadi pemasok biji kopi ke beragam kedai kopi di Jakarta yang belakangan tumbuh semakin besar.


'Kelompok Tani Mina Bakti:'
Bertempat di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Kelompok Tani Mina Bakti merupakan salah satu kelompok tani yang mendapat akses program Perhutanan Sosial, tepatnya seluas 80.9 Hektar untuk 38 kepala keluarga yang dimanfaatkan sebagai tambak udang jenis vaname. Surat Keterangan Izin Pemanfaatan Hutan (SK IPH) diberikan Presiden Jokowi pada 11 Januari 2017 lalu, sejak saat itu usaha tambak udang kelompok tani Mina Bakti terus tumbuh. Hasilnya Mina Bakti sukses panen sebesar 2 ton udang pada panen kedua, dan 5 ton pada panen ketiga dan terus tumbuh stabil.(alois)
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini