para guru rela menyebrangi sungai berarus deras menggunakan getek untuk mengajar ke sekolah |
MADINA- Sejak putusnya jembatan sungai Batang Gadis di
Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara, masyarakat, guru dan siswa harus mempertaruhkan
nyawa setiap hari dengan menumpang perahu getek untuk menyeberangi derasnya
aliran sungai agar bisa sampai ke lokasi sekolah.
Peristiwa
ini sudah terjadi sejak 2 bulan terakhir, pasca bencana banjir dan tanah
longsor yang terjadi dikawasan Madina dan menyebabkan putusnya dua jembatan
penghubung 7 desa akibat terbawa arus banjir luapan air sungai.
Syarifah lubis,
salah seorang guru sekolah dikawasan Kota Panyabungan mengatakan, meski dua
jembatan utama tersebut terputus, namun tidak menyurutkan semangat para guru
dan siswa untuk mengemban ilmu di sekolah mereka. Setiap hari mereka harus menyeberangi
derasnya aliran sungai Batang Gadis dengan menaiki perahu getek yang sengaja
dibuat oleh warga sekitar agar aktifitas di tujuh desa tetap dapat berjalan.
“Perahu
getek terbuat dari kayu dan drum ini sudah menjadi alat transfortasi warga selama
dua bulan terakhir untuk menuju pusat kota dan pasar tradisional, begitu juga
dengan para petani yang berada di seberang sungai terutama bagi kami guru dan
siswa,” jelasnya, Rabu (5/12/18).
Dijelaskannya,
jika debit air naik, warga, guru dan para siswa tidak berani untuk menyebrangi
sungai dengan menggunakan getek. Mereka terpaksa harus memilih jalan alternatif
yang memakan waktu 2 sampai 3 jam.
“Kalau air
naik kami gak berani, karena sangat bahaya sekali, jadi kami terpaksa melalui
jalan alternatif yang memakan waktu lama, akibatnya kami terlambat samapai ke
sekolah,” ujarnya.
Syarifah Lubis
sangat berharap agar pemerintah setempat segera membuat dan membangun jembatan
darurat agar aktifitas warga kembali normal. “Kita sangat berharap sekali
jembatan segera dibangun kembali, karena akibat putusnya jembatan tersebut
banyak para guru yang terlambat sampai ke lokasi sekolah,”harapnya agar
pemerintah setempat mengambil langkah yang tepat untuk secepatnya membangun
jembatan.
Perahu getek
yang di operasikan 6 orang ini setiap hari hingga malam terus beroperasi,
karena perahu getek ini satu- satunya alat transportasi. Tidak ada dipatokan tarif
atau harga untuk para pengguna saja ini, para penarik getek ini hanya meminta
seiklas hati dari para penumapangnya. (hendra).