Yuk, Berkampanye Dengan Buku

Sebarkan:

Penulis - LIDIYAWATI  HARAHAP

PALUTA- Masa  kampanye di pemilu  2019 tengah berlangsung,  sejak tanggal 23 September yang lalu  sampai dengan 13  April  2019.  Masa  ini  adalah  kesempatan  emas  yang harus  dimanfaatkan  para calon legislatif  untuk  meraup suara pemilih sebanyak-banyaknya. 

Selain memperkenalkan diri, mereka juga harus berlomba–lomba memaparkan  visi dan  misi  semenarik  mungkin untuk  menarik  simpatik  masyarakat  pemilih.  Mereka  juga  akan menawarkan program-program unggulannya yang  akan mereka  perjuangkan  bila  mereka  terpilih  nanti.

Untuk  mengefektifkan  kampanye  ini,  masing-masing calon legislatif  diperbolehkan  memasang  brosur, poster,  spanduk  yang berisi   foto,  nomor  urut  dan nama  calon.  Ketentuan tersebut diatur dalam PKPU Nomor 23 Tahun 2018 tentang Kampanye Pemilu. Dalam  masa  kampanye  ini,  setiap  sudut  kota  telah  dihiasi  oleh  poster, spanduk  para  kandidat. Tentunya  pembuatan alat  peraga  ini membutuhkan  biaya  yang tidak  sedikit.  Dana  pembuatan  alat peraga  kampanye  ini  dibiayai  oleh  calon itu  sendiri. Walaupun  biayanya mahalnya,  alat peraga  ini akan dicabut lagi  bila  masa tenang  tiba.  Pencabutan  alat peraga ini  akan berujung  menjadi  tumpukan sampah. Jarang sekali  di daur  ulang. Hanya  spanduk yang terbuat dari plastik yang masih bisa  digunakan.

Melihat  kondisi  ini, penulis  mempunyai pemikiran, andaikan  saja  salah satu alat  peraga  kampanye  adalah  buku. Buku  yang berisi  tentang profil calon dan konten buku.  Konten  buku berisi tentang  dongeng, ilmu pengetahuan,  baik untuk anak-anak  dan  orang dewasa.   Tentunya  ini akan jauh lebih bermanfaat.  Mengingat sungguh besarnya  manfaat membaca  bagi  semua  orang.  Bagi  anak-anak, membaca memberi  manfaat  seperti dapat membentuk  karakter  anak usia  dini,  menstimulasi  mental,  memacunya  untuk  berprestasi,  memiliki  keterampilan  komunikasi  yang  baik.  Sedangkan  untuk orang dewasa, membaca  dapat  mengasah  empati, meredakan   stress, menghibur  diri, melatih  konsentrasi  dan bahkan  menghindarikan dari penyakit Alzheimer atau  pikun, meningkatkan kualitas  tidur.

Ketika  memasuki  masa  tenang,  buku  ini  tidak  mesti  dibuang seperti  yang biasa  dilakukan  pada  alat  peraga  kampanye  lainnya. Ia masih  bisa  disimpan dan  dipergunakan lagi. Bila pemilu telah  usai,  buku  ini  bisa  dijadikan  asset perpustakaan. Selain  itu, buku  merupakan  dokumentasi   sejarah bahwa  seseorang  tersebut  pernah  ikut  menjadi  calon legislatif. 

Dana  kampanye  yang begitu  besar  menjadi tidak  sia- sia.  Keberadaan buku  ini bisa  membantu  program  pemerintah dalam  mencerdaskan  anak  bangsa  tanpa  harus mengalokasikan  dana  khusus untuk  beli  buku.   Manfaat lain buku  ini adalah  memberikan pengetahuan politik bagi anak-anak atau masyarakat yang belum mempunyai  hak suara.  Dengan  sendirinya akan  membentuk  karakter  anak  dan  masyarakat yang belum mempunyai hak  pilih, yaitu  menghargai  suaranya sendiri.

Namun  biaya pembuatan buku  butuh  biaya  yang  sedikit  mahal  dibanding   alat peraga  lainnya. Bila  dibandingkan dengan manfaat  hal  itu  harga itu sangat  wajar. Semoga bermanfaat.

Salam Literasi !

Penulis adalah  Sekretaris   Umum  FORHATI  Padang  Lawas  Utara  dan  anggota  Ikatan  Guru  Indonesia (IGI)
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini