Ngeri...! Rehab Rumah Dinas Gubsu Ternyata Ambil Tumbal Nyawa

Sebarkan:
Jumingin saat memberikan keterangan kepada wartawan

MEDAN│Jumingin (42), tak bisa menghilangkan rasa sedih jika teringat anak sulungnya yang telah tiada. Air matanya juga langsung mengalir begitu melihat foto putranya yang tergantung di kamar.

Luki Andrian (24), anak sulungnya dari lima bersaudara meninggal karena terjatuh saat merehab bangunan lantai II di rumah dinas (rumdis) Gubsu, Jl. Sudirman Medan. Begitu terjatuh, darah mengalir dan Luki langsung dilarikan ke RS Bhayangkara Medan.

Namun tak lama menjalani perawatan, Luki yang berencana akan menikah pada April 2019 mendatang menghembuskan napas terakhir. Jenazahnya kemudian dibawa ke kediaman orangtuanya di Desa Sidomulyo, Kec. Binjai, Kab. Langkat, Sumatera Utara.

Tidak hanya Luki, rekannya bernama Ricky Dermawan (22) juga ikut terjatuh pada peristiwa yang terjadi 1 Oktober 2018 sekira pukul 15.30 wib tersebut. Ricky mengalami patah kaki dan menjalani perawatan di RS Bhayangkara Medan selama sebulan.

Saat penguburan, pemborong rehab rumah dinas Gubsu itu datang ke rumah duka dan memberikan uang sumbangan Rp7 juta. Dan pemborong berjanji akan menambahi sumbangan kepada korban setelah 40 hari.

“Mereka berjanji akan datang untuk memberikan bantuan perbaikan makam anakku. Namun sampai sekarang janji itu tak ditepati,” ujar Jumingin didampingi istrinya Irawati kepada wartawan, Jumat (9/11/2018).

Jumingin juga kecewa mendengar pengakuan perwakilan pemborong berinisial AB kepada warga bahwa mereka membantu korban sebesar Rp20 juta. “Kata perwakilan pemborong kepada warga bahwa mereka membantu anakku Rp20 juta. Padahal yang kami terima hanya Rp7 juta. Saya kesal sekali mendengarnya bang,” tambahnya sambil menunjukkan foto korban.

Awalnya Jumingin yakin bahwa pemborong akan menepati janjinya. Namun nyatanya hanya janji-janji saja. “Saya berharap Gubsu dapat mendengar keluhan kami ini,” pintanya sambil meneteskan air mata.

Hasil investigasi wartawan, kasus kecelakaan kerja ini ternyata ditutup-tutupi. Sebab sejak peristiwa, tak satu pun media yang mempublikasikan kejadian maut ini. Ada kesan, perkaranya memang ditutup-tutupi kepada khalayak umum.

Terungkapnya kasus ini oleh redaksi Metro Online karena adanya pengaduan langsung dari pihak keluarga korban yang sudah gerah dengan janji-janji palsu pihak pemborong.

Selain itu, proyek yang dikerjakan CV RAM dan menghabiskan Rp6,5 miliar itu, ternyata banyak kejanggalan. Bahkan mendapat protes dari sejumlah anggota DPRD Sumut. (red/bersambung)

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini