Harga Sawit Anjlok, Penjualan Altan Turun

Sebarkan:

Tercatat selama tiga bulan terakhir atau sebelum perayaan hari raya lebaran Idulfitri 1439 hijriyah, harga penjualan tandan buah segar (TBS) sawit di tingkat petani di daerah Kabupaten Padang Lawas (Palas) terus anjlok. Akibatnya, penjualan alat pertanian (Altan) di sejumlah kios penjual Altan di daerah mengalami penurunan omset.

Darwin Siregar, Pemilik toko UD. Raro Pupuk, di Desa Aek Tinga, Kecamatan Sosa, kepada wartawan, Kamis (12/07/2018) menegaskan, sejak tiga bulan terakhir omset penjualan pupuk dan herbisida di tokonya turun hingga 40% dari kondisi normalnya.

"Sebelum lebaran hingga saat ini, omset penjualan pupuk dan herbisida di toko saya turun hingga 40%. Ini akibat yang saya rasakan ketika harga jual buah sawit turun," katanya.

"Penurunan omset penjualan pupuk dan herbisida saat ini juga, karena dipicu masyarakat yang mempersiapkan dirinya menghadapi hari raya Idulfitri dan persiapan anak masuk sekolah," lanjutnya.

Akan tetapi, kata dia lagi, kondisi turunnya omset penjulan pupuk dan herbisida di tempatnya ini, sudah rutin dialaminya pada saat kondisi hasil panen sawit petani turun dan harga jualnya juga turun.

"Bila kondisi buah sawitnya trek atau hasil panennya turun, tetapi harganya tidak turun, terkadang penjualan alat pertanian di sini relatif stabil,"tambahnya.

Dikatakan Darwin, saat ini harga penjualan alat pertanian non subsidi di tempatnya mengalami kenaikan tipis. Untuk pupuk Urea non subsidi Rp 253.000/zak karung 50 kilogram. Pupuk TSP 307.000/zak, pupuk KCL 305.000/zak, pupuk Kisrit Rp 210.000/zak dan pupuk Dolomit Rp 50.000/zak.

Untuk herbisida, lanjutnya, Roundup jerigen 20 liter dijual Rp 1.270.000 atau Rp 80.000/liternya. Gromoxone jerigen 20 liter Rp 1.100.000 atau Rp 67.000/liternya.

"Herbisida jenis Smart dan Audit harga jualnya sama, itu Rp 920.000 untuk jerigen 20 liter atau sebesar Rp 65.000/liternya," jelasnya.

Menurut Darwin dan sejumlah petani sawit yang datang belanja ke tokonya, masyarakat petani sawit di daerah ini berharap besar kepada pemerintah agar dapat menstabilkan harga TBS sawit, khususnya di tingkat petani.

Sebelumnya, Su'udi Hasibuan, satu petani sawit di Kecamatan Barumun menyatakan, dirinya terpaksa mengurangi biaya perawatan dan pemupukan kebun sawit miliknya, karena terdampak anjloknya harga jual sawit.

"Kebun sawit itu satu-satunya sumber penghasilan kami. Di saat hasil panennya turun dan harganya anjlok, maka biaya perawatan dan pemupukan kebun sawit dikurangi. Karena kebutuhan biaya hidup dan biaya sekolah anak-anak," tegasnya.(pls-1)
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini