Yayasan Djalaluddin Pane Foundation (DPF) menggelar Gala
Dinner Sharing is Caring dengan tema "Bersatu Demi Pendidikan Anak
Bangsa" di JW Marriott Hotel, Medan, Kamis (5/7/2018) malam.
Dalam sambutannya, Ketua Yayasan Djalaluddin Pane
Foundation Taufiq Siddiq menyampaikan, acara ini sebagai sarana bersilaturahmi
dan ucapan terima kasih kepada mereka yang telah mendukung yayasan.
Taufiq juga menyampaikan jika anak bangsa daerah
pinggiran masih perlu uluran tangan. Menurutnya, Pola pendidikan daerah
terpencil sangat berbeda dengan daerah kota.
Yayasan Djalaluddin Pane Foundation sangat mengimbau
untuk selalu memberikan dukungan agar program bisa terus terlaksana agar anak
didik di luar daerah yang tidak sanggup berpendidikan secara layak bisa
berkontribusi untuk bangsa.
Djalaluddin Pane Foundation adalah lembaga nirlaba yang
didedikasikan untuk masyarakat Indonesia yang fokus pada pendidikan.
Didirikan pada 26 Juli 2010, DPF berkomintmen untuk
mengembangkan program-program untuk menciptakan masyarakat pembelajar berbasis
TIK dan nurani ihsan.
Memasuki era globasisasi, pekembangan Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK) di Indonesia, khususnya dalam dunia pendidikan dihadapkan
pada kondisi yang ironi. Dimana ketika sebagian guru di perkotaan sudah mampu
memanfaatkan TIK sebagai media pembelajaran yang edukatif dan produktif, di
beberapa daerah justru baru akan mengenal komputer.
Sebagai suatu gerakan sosial DPF menggagas Indonesia
Terdidik TIK yqng bertujuan untuk meningkatkan kepekaan masyarakat mengenai
pentingnya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia melalui Teacher competency
Development Program (TCDP).
Kegiatan ini bertujuan memberikan edukasi tentang
pemanfaatan TIK di sekolah sehingga terciptanya learning society (masyarakat
pembelajar) di kalangan guru, murid, orangtua dan masyarakat. Sebagai gerakan
sosial, semua kegiatan Indonesia terdidik TIK dilakukan atas dukungan
masyarakat dengan asas kebersamaan dan gotong royong.
Secara umum, gerakan ini fokus pada upaya penyadaran
pendidikan terhadap masyarakat mengenai pentingnya pemanfaatan TIK secara
edukatif dan produktif. Berbahai kegiatan DPF untuknmewujudkan Indonesia
Terdidik TIK antara lain soft campaign #IndonesiaTerdidikTIK, seruan dukungan
Indonesia Terdidik TIK, dengan cara #(Daerahmu)TerdidikTIK contohnya seperti
#MedanTerdidikTIK mendukung terwujudnya #IndonesiaTerdidikTIK kemudian mention
ke twitter @djaluddinpane, Facebook Djalaluddin Pane, atau Instagram
Djalaluddinpane
Selain melakukan gerilya stiker, DPF juga mengarahkan
masyarakat pengguna TIK agar memanfaatkannya secara edukatif dan produktif.
Kemudian, Pembina Bunda Siti Banun, Hj Debby F Pane,
dalam kata sambutannya menyampaikan jika awalnya Almarhum Djalaluddin Pane
awalnya memikirkan bahwa suatu saat anak desa harus memiliki skill dan kempuan
yang lebih. Melihat kekurangan pendudikan di daerah Sigambal, Labuhan batu,
Djalaluddin Pane berdiskusi dengan masyakat setempat.
Kemudian diputuskan untuk membangun SMK dan diberi nama
SMK Bunda Siti Banun yang merupakan nama ibundanya.
"Sekolah yang sudah didirikan oleh Yayasan Bunda
Siti Banun adalah SMK Siti Banun, TK/SD/SMP Bunda Siti Banun di Tanjung Mulia,
Labuhan Batu Selatan, TK Bunda Siti Banun di Cikampak Labuhan Batu
Selatan," ujar Debby.
Debby menjelaskan, pihaknya melihat masalah yang lebih
komplek. Anak-anak yang membutuhkan pendidikan namun terkendala akses sulit,
sistem mengajar yang masih lama, memutuskan mendirikan Yayasan Djalaluddin Pane
Foundation, karena sadar pentingnya pendidikan yang selaras dengan peningkatan
ekonomi.
"DPF merekrut pemuda yang bersedia peduli terhadap
sesama bangsa di pedesaan untuk menjangkau area yang didatangi. Relawan
tersebut menjadi traniner pada guru untuk melek TIK," ungkap pengusaha di
bidang kelapa sawit ini.
DPF melatih anak-anak muda untuk menjangkau pedalaman
agar guru-guru memahami TIK karena guru tidak hanya mengajar tetapi juga
sebagai inspirasi Change agent yang paling utama untuk negeri.
"Kemunculan masyrakat ekonomi asean memunculkan
kekhawatiran anak-anak didik yang kurang menguasai bahasa asing dan dibentuklah
program Lets Talk," imbuh Debby.
Lets Talk dari Yayasan Bunda Siti Banun menerjunkan
relawan yang tinggal di daerah-daerah selama 3 bulan mengajari anak didik agar
bisa berbahasa Inggris. Mereka juga dilatih leadership dan tantangan hidup di
daerah terpencil.
Relawan yang direkrut adalah mereka yang bersedia untuk
terjun ke daerah yang fasilitasnya sangat minim. Yayasan Bunda Siti Banun
bersyukur ditemukan dengan orang-orang yang peduli dan diharapkan bisa lebih
banyak lagi menyentuh anak-anak dan guru-guru di daerah terpencil.
Keinginan Yayasan Bunda Siti Banun dan Djalaluddin Pane
Foundation adalah ingin menjalankan program di seluruh Indonesia. Namun, mereka
akan tetap fokus untuk membangun Sumatera Utara.
"Anak-anak bangsa harus lebih tahan banting terhadap
persaingan dengan bangsa lain agar program bisa diteruskan ke seluruh nusantara,"
pungkas Debby. (ril)