Putra Asli Daerah, Sihar Lebih Paham Sumut daripada Edy-Ijeck

Sebarkan:

Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Sumatera Utara (Sumut) Sihar Sitorus dinilai jauh lebih memahami Sumut daripada Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah.

Debat publik kedua yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumut lebih mempertontonkan kelemahan pasangan nomor urut satu.

Hal tersebut disampaikan akademisi Karmel Simatupang saat dihubungi wartawan baru-baru ini.

Lulusan Tunghai University, Taiwan tersebut memaparkan bahwa Sihar dalam debat kedua menunjukkan bahwa dia putra asli Sumut lewat pemahaman yang logika dan bukan sekadar kata-kata.

Salah satu contohnya ketika Sihar menegaskan bahwa Sumut tidak pernah memiliki kemiskinan kultural, sebagaimana disampaikan Edy Rahmayadi, calon nomor urut satu.

Melainkan menurut wakil dari Djarot Saiful Hidayat tersebut Sumut sangat memiliki kekayaan kultural, seperti kearifan lokal petani kemenyan di Humbang Hasundutan (Humbahas).

Pasangan yang diusung oleh PDI Perjuangan dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu menegaskan bahwa kekayaan kultural Sumut sangat banyak dan beragam. Contohnya masyarakat menjaga hutan di Humbahas dan hidup dari hutan itu sendiri.

"Wajar karena Sihar kan sudah melihat langsung hutannya dan pengelolaannya," katanya.

Di sisi lain, Musa wakil Edy justru memaparkan hal lain yang tidak dia pahami. Termasuk penyebutan bibit unggul untuk kemenyan yang semestinya dia paham bahwa kemenyan itu endemik dan hanya hidup di tempat tertentu seperti dataran tinggi Toba.

"Sehingga bicara kemenyan bukan bicara bibit unggul, karena itu tanaman hutan tetapi populasi dan pengembangannya sesuai dengan kearifan lokal," ujarnya. 

Karmel yang juga aktivis Jendela Toba tersebut mengatakan bahwa hal lain yang ditunjukkan Sihar sebagai putra asli Sumut adalah pemahaman dan gagasan.

Memang secara umum, pasangan Djarot-Sihar atau Djoss sudah memberikan tawaran yang realistis kepada masyarakat Sumut lewat visi dan misinya. Namun diperkuat lagi spesifikasi masing-masing kandidat Djoss yakni Djarot dan Sihar yang bisa saling mendukung.

"Pengelolaan manajemen pemerintahan dikuasai Djarot, pengelolaan pengembangan kawasan sangat dipahami Sihar. Bahkan jauh lebih unggul dibandingkan lawan politiknya," katanya.(ril)
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini