Keluarga terduga teroris pelaku bom sejumlah gereja di Surabaya |
SURABAYA-Polri akhirnya berhasil mengidentifikasi pelaku
pemboman tiga gereja di Surabaya pada Minggu (13/5). Kapolri Jenderal (Pol)
Tito Karnavian mengatakan ada dugaan pelaku merupakan satu keluarga.
Mereka terdiri dari suami-isteri dan empat anaknya.
Keluarga itu kemudian berpencar ke tiga gereja lalu melaksanakan perannya
masing-masing.
Bagaimana pembagian peran tersebut? Awalnya, Polri
berhasil mengindentifikasi pelaku teror adalah satu keluarga. Kapolri Jenderal
Tito Karnavian mengungkapkan, sejak pagi tadi, timnya sudah mulai bergerak dan
mengidentifikasi satu persatu pelaku yang berada di lokasi kejadian. Setelah
mengumpulkan bukti-bukti dan hasil, aparat kepolisian pun berhasil
mengindentifikasi pelaku teror bom gereja tersebut.
"Dari tadi pagi kita bergerak, tim yang sudah ada
Alhamdulillah berhasil mengidentifikasi pelaku-pelakuya," kata Tito di RS
Bhayangkara, Surabaya, pada sore tadi.
Tito menambahkan, aparat kepolisian juga menduga jika
para pelaku aksi teror tersebut adalah satu keluarga. "Jadi pelaku ini
diduga adalah satu keluarga," katanya lagi.
Tito juga menjelaskan satu persatu identifikasi dari para
pelaku bom di Surabaya. Menurut laporan yang ia terima, pelaku teror bom di
Gereja Pantekosta Pusat Surabaya, yang berlokasi di jalan Arjuno no.90, adalah
ayah dari keluarga tersebut. Tito mengatakan jika pelaku bernama R. Dita
Oepriarto.
"Yang melakukan serangan di gereja Jalan Arjuna,
yang menggunakan (mobil) avanza, diduga keras itu adalah bapaknya bernama Dita.
Dita Oepriarto. Diduga keras," kata Tito memberikan penjelasan.
Kemudian, untuk pelaku di Gereja Kristen Indonesia
Diponegoro (GKI Diponegoro), lanjut Tito, diduga keras adalah isterinya. Sang
isteri diketahui bernama Puji Kuswati. Konyolnya, saat beraksi, Puji turut
mengajak dua anak perempuannya menjadi pelaku bom bunuh diri.
"Isterinya yang diduga meninggal bernama Puji
Kuswati. Kemudian yang perempuan (anaknya) bernama Fadhila Sari umur 12 tahun
dan Famela Rizqita. Mereka kelahiran Surabaya semua, kecuali Puji Kuswati
kelahiran Banyuwangi. Famela Rizqita umur 9 tahun," kata dia.
Lebih lanjut, Tito menjelaskan pelaku aksi teror di
Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Ngagel. Menurut Tito, pelaku aksi teror
di gereja tersebut adalah dua orang laki-laki dan diduga adalah anak dari Dita
dan Puji.
"Yang ketiga di Gereja ST Maria adalah 2 orang
laki-laki, diduga adalah putera dari Dita ini. Yang satu namanya Yusuf Fadhil,
usianya 18 tahun, dan Firman Halim yang usianya 16 tahun. Semua adalah serangan
bom bunuh diri. Cuma jenis bomnya yang berbeda," kata Tito.
Ia menjelaskan bom yang digunakan dalam beraksi dimulai
dari bom mobil hingga rompi.(ist)