Kebangsaan dan Keislaman Adalah Modal Kemajuan Bangsa

Sebarkan:



JAKARTA--Dalam menjalankan pemerintahan, Presiden Joko Widodo selalu mengajak para ulama dan umat Islam di seluruh Tanah Air untuk bersama-sama menjaga persatuan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, menjaga negara kita tetap sejuk, aman, damai, merupakan tugas kita bersama sehingga pembangunan kesejahteraan negara kita dapat terus ditingkatkan.

“Presiden tengah membangun fondasi bangsa yang lebih baik ke depan. Nahdlatul Wathan (NW) sebagai salah satu organisasi Islam yang berlandaskan Ahlus-Sunnah wal Jama'ah memiliki peran strategis menyebarkan kebinekaan. NW menanamkan karakter kebangsaan dan keislaman yang rahmatan lil alamin sebagai modal kemajuan bangsa dan negara,” kata Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn) Dr Moeldoko saat bersilaturahmi dengan Pimpinan NW di Gedung Bina Graha, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin, 14 Mei 2018. Dalam kesempatan tersebut Moeldoko didampingi oleh Wakil Menteri Luar Negeri.

Kepala Staf Kepresidenan juga menyampaikan permohonan maaf kepada pengurus dikarenakan padatnya kegiatan Presiden sehingga tidak dapat menghadiri undangan Peringatan Hari Ulang Tahun Nahdlatul Wathan di Lombok, Nusa Tenggara Barat pada Minggu, 6 Mei 2018 silam. Dalam peringatan hari lahir Nahdlatul Wathan kurang lebih 150.000 orang hadir dalam kegiatan tersebut.

Menurut Ketua Umum PB Nahdlatul Wathan, Hj Sitti Raihanun, saat ini Pemerintah perlu memperhatikan mahasiswa maupun pelajar Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di Arab Saudi, contohnya mahasiswa Indonesia di Madrasah As-Shaulatiyah, Makkah, yang merupakan madrasah berlandaskan Islam Ahlus-Sunnah wal Jama'ah.

“Madrasah As-Shaulatiyah memiliki pengaruh besar pada masyarakat dunia internasional, hingga di Indonesia tercatat para pemimpin organisasi besar pernah belajar di madrasah ini, antara lain KH. Hasyim Asy’Ary (Pendiri Nahdlatul Ulama), KH. Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah), Tuan Guru KH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid al-Anfanānī al Masyhur (Pendiri Nahdlatul Wathan)”, ujar Hj Sitti Raihanun.

Menurut Wakil Menteri Luar Negeri Abdurrahman M. Fachir, salah satu perhatian Pemerintah untuk mahasiswa yang menempuh pendidikan di negeri Arab Saudi yaitu dengan mempermudah penerbitan visa bagi pelajar.

Wamenlu mengakui masih ada tantangan yang dihadapi Pemerintah, namun solusi utamanya yaitu melakukan pendekatan personal. Dalam hal ini, membangun pola hubungan komunikasi dengan madrasah As-Shaulatiyah yang bersifat emosional antara kedua belah pihak.

“Pendekatan tersebut bisa dimulai dari pertemuan antarduta besar,” kata Wamenlu.

Dalam kesempatan yang sama, PB Nahdlatul Wathan juga menyampaikan rencana kegiatan Peringatan Adz-Dzikrol Hauliyah ke-53 yang akan berlangsung pada tanggal 24 Juni 2018 di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

“Peringatan Adz-Dzikrol Hauliyah ke-53 akan dihadiri seluruh alumni madrasah yang telah tersebar di berbagai penjuru dunia, pengurus wilayah dan cabang se-Indonesia yang berjumlah kurang lebih 10.000 peserta.”, kata Hj. Sitti Raihanun.

Dr. H. Lalu Abdul Muhyi Abidin yang sehari-hari bertugas sebagai Sekjen PB Nahdlatul Wathan menyampaikan undangan dan berharap kehadiran Presiden dalam peringatan Adz-Dzikrol Hauliyah ke-53.(alois)
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini