"Memilih Agama Itu Pribadi, Membangun Bangsa Itu Bersama"

Sebarkan:

Perempuan yang mengenakan hijab yang berdiri di dekat pintu kereta api langsung tersenyum ketika melihat Sihar Sitorus berjalan ke arahnya.

Dengan ramah, dia mengacungkan tangan berjabat tangan dengan Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Sumatera Utara (Sumut) tersebut.

Dia mengaku sangat bangga ketika bisa berdiri bersama Sihar Sitorus di kereta api jarak dekat yang setiap hari dinaikinya.

Perempuan bernama Fatimah Nurul Muhlis (18) yang merupakan mahasiswi Fakultas Hukum di salah satu universitas Islam ternama di Medan itu mengaku sudah sangat mengidolakan wakil dari Djarot Saiful Hidayat tersebut.

"Ceritanya sederhana dan bersahabat. Berbincang menanyakan kendala sehari-hari khususnya dalam memenuhi tuntutan pendidikan. Saya sangat salut," katanya, Jumat (27/4/2018).

Fatimah mengatakan bahwa bertemu dengan Sihar, dia memperoleh inspirasi baru. Khususnya dalam menata pembangunan daerah agar lebih baik.

Sebab dari perbincangannya bersama Cawagub Sumut nomor urut dua tersebut, memberikan gagasan bahwa membangun itu harus bersama.

"Karena itu kalau ada isu yang sangat kerdil khususnya menyangkut Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA) yang dilontarkan segelintir orang, kita sedikit risih. Agama kan pribadi, membangun bangsa itu bersama," katanya. 

Sejak dulu, Fatimah mengatakan bahwa orang tuanya selalu mengajarkannya untuk berpikir bijaksana. Serta tidak di terkontaminasi dengan pikiran sempit yang diukur dengan subjektif. Khususnya menyangkut agama.

"Sihar Sitorus Kristen, saya Muslim. Tetapi impian kita sama, membangun daerah yang lebih baik. Jadi agama bukan batas, batas itu niat yang tidak baik dalam membangun bangsa," ujarnya.

Senada dengannya, Dina Rahma Dani yang juga perempuan berhijab yang menyapa Sihar Sitorus mengaku bahwa dia tidak pernah mau dihasut isu SARA. Dia memilih berpikir positif dalam menentukan pilihan.

"Ini kan saya masih pemilih pemula, baru menggunakan hak suara sekarang. Saya tidak mau konyol dengan isu agama. Toh saja juga menjalankan agama sesuai keyakinan saya," katanya.

Dina menambahkan bahwa isu SARA yang kerap menjadi topik Hoax menjadi pemecah lingkungan sosial. Karena itu, dia sebagai mahasiswi kedokteran memilih untuk tidak terkontaminasi. Terlebih dia belajar untuk pelayanan kemanusiaan tanpa memandang isu-isu SARA.

"Demikian juga memilih pemimpin, kita objektif sajalah siapa yang terbaik. Karena itu untuk kemajuan bersama," jelasnya. (ril)
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini