Moeldoko Beri Kuliah Umum di Fisip Universitas Moestopo

Sebarkan:

Lebih Baik Disebut Tahun Pesta Demokrasi Daripada Tahun Politik



Di hadapan sekitar 150 mahasiswa FISIP Universitas Moestopo (Beragama) Jakarta, Rabu, 21 Maret 2018, Kepala Staf Kepresidenan mengatakan, alangkah lebih baik jika tahun 2018-2019 kita sebut secara kompak sebagai tahun pesta demokrasi.

“Tahun pesta demokrasi memberi pesan positif, pesan optimis, baik kepada masyarakat maupun kepada dunia luar, bahwa bangsa ini sudah sangat dewasa dalam kehidupan berdemokrasi. Pesta demokrasi mengirimkan pesan adanya stabilitas politik yang kuat dan kedewasaan dalam hidup bernegara,” ujarnya.

Ia menggambarkan bahwa pemilihan kepala daerah di 171 wilayah tingkat I dan tingkat II akan menjadi cara bagi setiap warga yang telah memiliki hak pilih untuk menentukan pilihan politiknya. “Sampai sejauh ini, yang saya lihat, saya nilai, saya deteksi, saya analisis, pemilihan-pemilihan kepala daerah di Indonesia secara umum berlangsung dalam suasana yang relatif demokratis. Kerukunan antarwarga tetap terjaga,” tambahnya.

Dengan memberikan pesan positif dan optimis, lanjut Moeldoko, citra Indonesia di mata investor asing juga ikut terjaga dengan baik, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah-tengah berlangsungnya pesta demokrasi yang semarak. Efeknya juga akan positif bagi masyarakat luas.

Nasionalisme Zaman Now
Menyinggung tentang nasionalisme yang harus dikontekstualisasikan dalam situasi zaman ini, Moeldoko menegaskan bahwa nasionalisme yang dipahami sebagai rasa cinta terhadap tanah air kadang-kadang tergerus oleh berbagai persoalan. “Kita masih menghadapi tantangan kemiskinan, gizi buruk, stunting, dan sebagainya. Itulah yang terus diupayakan untuk diperbaiki pada masa pemerintahan Jokowi-JK, sehingga jangan sampai masalah-masalah tersebut membuat kita menjadi kurang bangga dan kehilangan rasa cinta terhadap tanah air.

“Bung Karno pernah menyatakan, memaknai nasionalisme yang kontekstual salah satunya adalah mengusahakan berkurangnya kemiskinan dalam masyarakat,” ujar mantan Panglima TNI tersebut. Oleh karena itu, lanjut Moeldoko, Presiden Jokowi sudah menyiapkan berbagai infrastruktur dan kebijakan untuk menyiapkan generasi emas republik, generasi yang memiliki keunggulan dan memiliki semangat kompetisi, generasi yang memperbaiki apa yang telah dilakukan generasi sebelumnya.

Beberapa penyiapan SDM Indonesia yang unggul dan dapat berkompetisi antara lain adalah dengan mengupayakan sistem yang membuat anak-anak muda Indonesia tumbuh sehat dan pintar. “Sudah lebih dari 92 juta penduduk Indonesia mendapatkan Kartu Indonesia Sehat. Begitu juga dengan anggaran pendidikan, di mana sekitar Rp22,5 triliun dialokasikan untuk beasiswa pengiriman anak-anak muda ke lembaga pendidikan terbaik, baik di dalam maupun di luar negeri,” papar Moeldoko yang didampingi juga oleh Deputi III Kepala Staf Kepresidenan Denni Puspa Purbasari.

Oleh karena itu, Moeldoko mengajak anak-anak mahasiswa untuk tidak mudah ciut nyalinya menghadapi tantangan. “Tantangan adalah kebutuhan untuk maju. Ayo optimis menghadapi perubahan zaman yang berlangsung cepat, kompleks, dan mengejutkan ini,” katanya.
Ia pun mengajak anak-anak muda untuk tidak terjebak dalam iklim di mana setelah lulus kuliah mencari pekerjaan. “Ayo kita ciptakan pekerjaan. Jangan berpikir untuk bekerja yang itu-itu saja. Ada banyak kesempatan untuk berwirausaha. Bikin start-up (rintisan usaha), dan lain-lainnya,” pesan pria asal Kediri tersebut. (alois)
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini