Untuk kesekian kalinya, wajah dan nama Kapolda Sumut
Irjen Pol Paulus Waterpauw serta Pangdam I/BB Mayjen TNI Cucu Sumantri kembali terpampang,
seiring tumbuh suburnya baliho tak berizin di Kota Medan. Parahnya, sosok para
jenderal itu terkesan sengaja ‘dijual’ guna memberi kesan seakan-akan perbuatan
ilegal pengusaha advertising itu dilindungi.
Itulah gambaran yang bisa kita lihat bila melalui Jalan Gatot
Subroto, tepatnya di pintu keluar Plaza Medan Fair sejak hari Jumat (16/3/2018)
hingga Senin (20/3/2018). Di sisi kanan trotoar jalan menuju arah Binjai, ada
dua baliho berukuran besar yang jaraknya hanya berkisar 5 meter.
Baliho kecil penampakannya lebih mencolok lantaran
posisinya menutupi yang besar. Alhasil iklan rokok yang dipampangkan, tertutupi
oleh gambar Kapolda Sumut dan Pangdam I/BB yang berjalan beriringan dengan sama-sama
memegang tongkat komando. “Kodam I/BB & Polda Sumut Siap Bersinergi Dalam
Mengamankan PILGUB & PILKADA Kab/Kota 2018,” begitu kalimat yang tertulis
di baliho yang tak memiliki identitas itu.
Tanya punya tanya dengan para abang tukang becak yang
saban hari ngetem di lokasi, mereka mengaku, tak tahu bagaimana tiba-tiba baliho
baru itu sudah berdiri sejak Jumat (16/3/2018) pagi. Parbetor di situ pun
bingung, tak tahu siapa yang mendirikan.
Sementara pedagang kaki lima boru Nainggolan yang ditanyai
wartawan, mengaku melihat proses pendirian baliho baru itu. “Hari Kamis malam
dikerjai itu, dek. Siapnya Jumat pagi sekitar jam 5 subuh,” kata wanita paruh
baya yang saban hari berjualan 24 jam di lokasi.
Dia sendiri mengaku tak tahu siapa dan dari perusahaan
mana para pekerja yang mendirikan baliho itu. Namun seingatnya, ada satu orang
pria berperawakan seperti aparat yang mengomandoi belasan buruh itu. “Nggak
tahu tugas di mana. Tapi ada pistol di pinggangnya. Ada bilang-bilang kalimat
Polda gitu aku dengar,” ujarnya seraya menyebutkan, baliho berukuran lebih besar yang lebih duluan berdiri sudah ada sejak lima tahun belakangan.
Terpisah, Kasi Trantib Kantor Camat Medan Petisah,
Teratur, melalui stafnya Eri mengaku tidak tahu kapan berdirinya baliho itu. Bahkan
saat ditanyai wartawan via seluler, Eri malah bertanya di mana posisi pastinya.
Hal senada juga diamini Camat Medan Petisah, Parlindungan
Nasution yang ditemui di ruangannya. Pria berkumis itu mengaku tidak tahu kapan
berdirinya baliho dimaksud, sehingga meminta ditunjukkan fotonya.
“Memang kita sering kali kewalahan dibuat para pengusaha
baliho ini. Mereka rata-rata mainnya malam dan dini hari, supaya tidak
terdeteksi kita. Kalau tertangkap sedang mendirikan, pasti bisa kita stop dan
bongkar. Tapi kalau sudah berdiri begitu, harus pakai prosedur lagi. Sebab itu
kan gaweannya dinas,” kata Parlindungan yang mengaku kesal dengan ulah
pengusaha nakal seperti itu.
Atas kasus-kasus seperti ini, lanjut Parlindungan,
pihaknya sangat memberi atensi serius. Apalagi Pemko Medan melalui Wakil
Walikota, Akhyar menekankan pihaknya untuk berperan aktif dalam memantau bila
ada baliho-baliho ilegal didirikan. “Tapi fenomena ini membuat kita serba
salah. Sebab, kita tak bisa bertindak melebihi kewenangan kita. Karena mereka
sering beroperasi saat tengah malam, saat kita tidur. Kalau sudah berdiri, kita
sudah tidak bisa memotongnya karena itu sudah jadi urusannya Satpol PP dan
Dinas Perizinan,” katanya.(bersambung)