Kepsek SD Negeri Ini dan Suami ‘Tembak’ Pembelian Jeruk Petani Jutaan Rupiah

Sebarkan:

Ilustrasi



Para petani jeruk harus ekstra hati-hati sekarang ini. Pasalnya para penipu bergentayangan selalu mencari jalannya. Berbagai cara atau modus untuk mendapat mangsa, salah satunya dengan berpura-pura menjadi pembeli hasil tanaman di ladang petani.



Seperti yang dialami salah seorang petani jeruk warga Desa Seribu Dolok, Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun berinisial MG (37) baru baru ini  yang menjadi korban pasangan suami istri itu.



Diuraikannya, kejadian ini terjadi saat didatangi PP (59) suami dari oknum PNS bernama MS (51) yang menjabat sebagai salah satu Kepala SD Negeri di Tanah Karo, di tokonya sekitar bulan Oktober 2017. Katanya dia ingin membeli jeruknya di ladang, karena sudah kenal dengan pelaku. Dirinya tak curiga, sehingga terjadi negoisasi harga.



“Saya mematok harga Rp.7.500/kg dan dia langsung mengiyakan tandanya sanggup. Hari itu juga pasutri itu langsung memanen jeruknya di perladangan Juma Seribu Dolok sekitar 1,036 ton. Usai dipanen dan jeruk diangkat dari lokasi ladang, kedua pasutri itu bilang akan segera mengantarkan uangnya,” ujar korban kepada wartawan, Jumat (15/12) sekira pukul 10:15 Wib.


Namun setelah ditunggu-tunggu sambung MG lagi, kabar darinya tak ada juga, uang jeruk sebesar Rp.7.770.000 belum dibayarnya hingga saat ini. Bahkan dihubungi melalui telepon seluler tidak mengangkat dan membalas sms.

“Sudah seratus kali di bel-bel gak menjawab, dan cuma janji-janji aja. Kemarin dia berjanji akan membayarnya hari Jumat ini. Tapi gak datang-datang, di sms dan dibel gak aktif hp nya terkesan mengelak. Padahal mereka berdua dibantu anak perempuannya yang langsung memanen jeruk kami. Terlalu banyak berdalih, katanya kapal terlambatlah dan segala macam alasan mereka kepada kami,” ujarnya.


Lebih lanjut dikatakannya, saking kesal, pelaku didatanginya di kampung tapi tidak ketemu. Pernah juga menyuruh anggota di ladang untuk menagih uang itu. Itupun dijanjikannya lagi tanggal 10  Desember.

“Udah sampe tanggalnya, dia gak muncul-muncul. Saya sudah datangi Polsek untuk mengadukannya, tapi dianjurkan Polisi agar diselesaikan secara kekeluargaan dulu. Jika tidak ada solusinya dan pasutri itu tak ada niat baik. Baru dibuat laporan pengaduan,” ujar korban mengutip kata polisi.



Yang lebih sakitnya, beberapa minggu lalu, PP bersama istrinya sempat mendatangi MG ke rumahnya sembari menyerahkan Surat Keterangan Hak Milik sebidang tanah persilan  diatas segel Tahun 1997  Nomor :593/...../III/1999 atas nama Pendi Sitorus Warga Desa Sinar Baru Kecamatan Silimakuta Kaupaten Simalungun sebagai jaminan. Tapi surat itu janggal karena atas nama orang lain bukan miliknya, begitu juga dengan segel surat tersebut. Nama Camat Justin Hasugian, BA ada tapi tidak ditandatangani.



"Surat ini diantarnya kemari dan anggota yang terima. Karena bertepatan saya lagi di luar kota. Surat ini gak saya perlukan, sebab diduga surat itu juga palsu dan bukan atas namanya. Memang niatnya sudah mau menipu orang, setiap ditagih ada saja alasannya,” ujarnya.



Menindaklanjuti permasalahan yang dialami MG, maka beberapa wartawan mencoba mendatangi rumah MS di Desa Sinar Baru. Bahkan sampai juga ke sekolah tempatnya mengajar, tetapi tidak bertemu. Saat pintu rumahnya digedor, sama sekali tidak dibuka dan dikunci dari dalam.



Tak mau patah semangat, beberapa wartawan menuju ke belakang rumah dan terlihat pintu dapur terbuka. Dari dalam rumah, salah seorang IRT mengatakan, "Ini bukan rumah MS.  Rumahnya di sebelah sana," ujarnya berbohong dengan wajah tampak pucat, sembari menunjuk ke arah perladangan.



 Kepala Desa Sinar Baru, Sarmedi Sipayung ketika dihubungi melalui telepon seluler membenarkan, sudah banyak yang menelepon dirinya terkait kelakuan pasutri tersebut.



“Sudah banyak orang yang datang ke desa kami untuk menjumpai PP dan istrinya MS. Bukan satu dua orang saja, rata-rata mau menagih uang. Tapi tak pernah ketemu. Begini saja, langsung saja kalian konfirmasi sama yang bersangkutan, karena kebetulan saya lagi berada di luar kota,” ujarnya mengarahkan.



Untuk mengetahui lebih jelas kelakuan pasutri itu, wartawan sempat mengobrol dengan warga setempat. Dikatakan warga lagi, bahwa uang beras yang diambilnya di salah satu toko juga pernah ditembaknya (Tak dibayar) sehingga dikejar-kejar pemilik toko sembako. “Udah banyak oranglah yang datang kemari hanya untuk menagih utang mereka itu. Mungkin sudah itu pekerjaan sambilan mereka,” ketus warga. (Marko Sembiring)




Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini