Puluhan Karateka Perguruan Karate-Do Tako Indonesia Dishut SU Ikuti Ujian Kenaikan Sabuk

Sebarkan:




Puluhan peserta Karateka dibawah asuhan Pengurus Cabang Khusus (Pengcabsus) Perguruan Karate-Do Tako Indonesia Dinas Kehutanan Sumatera Utara (Dishut SU) mengikuti Ujian Kenaikan Sabuk yang digelar di halaman kantor Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, Minggu (26/11/2017).


Hadir dalam acara, Pengurus Cabang Khusus (Pengcabsus) Perguruan karate Do Tako Indonesia Dishutsu Komite Teknik, Ali Hasan (Dan V), Simpai M.Iky Lubis (Dan II), Ikut Luhut Bagariang (Dan I), Fahrur Rozi (Dan I), Hotdi Nababan (Dan I) dan juga para orangtua karateka.


Dalam pengarahannya, Pengurus Cabang Khusus (Pengcabsus) Perguruan karate Do Tako Indonesia Dishutsu Komite Teknik, Ali Hasan (Dan V) menjelaskan peraturan-peraturan dalam Kumite dan meminta agar tetap menjaga sportifitas.


Dijelaskannya, bahwa tujuan Ujian Kenaikan Sabuk untuk melihat tingkat perkembangan murid selama mengikuti latihan. "Sekaligus harapan kita supaya dapat melahirkan bibit-bibit atlit berprestasi nantinya," ujar Ali Hasan.


Ditambahkannya, ada 5 tingkatan yang mengikuti tanding Kumite yang disesuaikan dengan usia para karateka yakni Sabuk Putih, Hijau, Biru, Coklat Kyu I, II dan Sabuk Coklat Kyu III.


"Kemudian kita kelompokkan sesuai usia dengan Kategori Usia Dini (8-9 Tahun) sebanyak 24 karateka, Pra Pemula (10-11 tahun) sebanyak 30 karateka, Pemula (12-13 tahun) sebanyak 10 karateka, Kadet (14-15 tahun) sebanyak 9 karateka dan Junior (16-17 tahun) sebanyak 6 karateka," ungkap Ali Hasan yang merupakan Shinsei para karateka.


Sementara, Simpai M. Iky Lubis (20) mengatakan dirinya bangga dan senang dapat ikut melatih para karate tersebut karena dengan usianya yang masih muda dirinya sekaligus mendapat pengalaman.


"Karena dengan ikut melatih mereka maka saya juga otomatis melatih diri saya sendiri dan menyalurkan ilmu karate yang telah terlebih dahulu saya pelajari dari Shinsei. Selain itu saya juga dapat belajar mengelola emosional saya. Adik-adik ini masih susah diarahkan, terkadang kita suruh berbaris saja, mereka malah masih bermain-main. Saya senang jugalah bisa ikut dipercayakan melatih mereka," ungkap Iky pemegang sabuk hitam Dan II itu.


Terpisah, salah satu orangtua murid Johanes Sitohang mengatakan dirinya memberikan apresiasi kepada Shinsei Ali Hasan yang selama ini sabar melatih para karate usia dini itu.


"Kita selaku orangtua murid selalu melihat bagaimana tingkah anak-anak yang suka bercanda saat Shinsei dan Simpai mereka memberikan instruksi. Anak kadang malah lari-lari dan malah ada yang bengong. Jadi para pelatih sudah cukup sabar melihat tingkah laku anak-anak itu," ujarnya kepada wartawan, Senin (27/11/2017) saat menunggu anaknya di lokasi latihan Tako di Antonius VI, Medan.


Hanya saja, dirinya miris melihat minimnya peralatan Kumite dalam Ujian Naik Sabuk yang digelar di halaman kantor Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara itu.


"Seharusnya Pemerintah Kota Medan terkhusus Dispora ataupun Disdik dapat memfasilitasi olahraga karate seperti ini karena olahraga karate merupakan salah satu cara menghindarkan anak-anak usia dini dari pengaruh negatif narkoba. Dimana dalam olahraga diajarkan kedisiplinan, sumpah karate, pelatihan fisik dan mental. Jadi Dispora ataupun Diknas jangan tutup mata," tegasnya.


Dia pun berharap Dispora ataupun Diknas Kota Medan dapat memberikan bantuan peralatan olahraga karete bagi sekolah-sekolah yang memiliki ekstrakurikuler Karate.


"Seharusnya ada bantuan peralatan kepada sekolah seperti body protector, Helm and Face Maker Karate, Hand Protector, Shin Guard / Alat pelindung kaki (Footwear Protection), Female Chest Protector Berguna untuk melindungi payudara , Gum Shield (pelindung gigi), dan pelindung kemaluan (abdominal Guard). Karena bila tidak ada kedepannya maka pihak sekolah nantinya disalahkan oleh orangtua murid ketika terjadi kecelakaan saat Ujian Naik Sabuk," pungkasnya.(sandy)
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini