Pak Kadis...! Banyak SD Tak Miliki Kamar Mandi Layak di Langkat

Sebarkan:



LANGKAT-Meski pemerintah pusat sudah banyak mengalokasikan anggaran untuk perbaikan dunia pendidikan, tetapi anggaran itu seakan tak membekas di Kabupaten Langkat.


Pasalnya, hingga saat ini sarana pendidikan di kabupaten itu masih terlihat amburadul, terkhusus sarana jamban atau kamar mandi.


Pantauan disejumlah sekolah di Kecamatan Kuala dan Salapian, Rabu (29/11), masih didapati satu Sekolah Dasar Negeri (SDN) hanya memiliki satu jamban.


Seperti di SDN 050604 Bekiun, Kec. Kuala, hanya terdapat satu jamban dengan ukuran ruangan sekitar 2x1 meter. Begitu juga dengan SDN 050632 di Tanjung Keliling, Salapian. Di SDN ini terdapat dua jamban, namun pintu yang terbuat dari triplek sudah berlubang dan tidak dapat dikunci.


Selanjutnya SDN 053961 Perkebunan Tambunan, Kec. Salapian, SDN yang memiliki 150 orang murid/pelajar itu hanya memiliki satu jamban. Sementara, tiga jamban lainnya tidak berfungsi sama sekali.


Dari data yang dihimpun, berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 24 Tahun 2007, Tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar, bahwa setiap satu sekolah minimal memiliki 3 jamban.


Pada peraturan itu lebih rinci disebutkan, satu jamban minimal diperuntukan oleh 60 peserta didik pria dan satu jamban untuk 50 peserta didik wanita, sementara satu jamban lainnya untuk guru. Setiap jamban juga harus dilengkapi gayung, gantungan pakaian, dan tempat sampah.


Seperti yang diketahui, Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) sampai saat ini masih dikucurkan oleh pemerintah pusat. Untuk dana BOS, setiap sekolah mendapatkan sesuai jumlah murid.


Sekolah dasar misalnya, pemerintah sudah mengucurkan sekitar Rp800 ribu per peserta didik. Artinya, jika satu SD memiliki 100 peserta didik, maka SD tersebut mendapatkan kucuran BOS sekitar Rp80 juta per tahun yang dapat digunakan untuk membenahi sarana sekolah dalam skala kecil.


Kepala SDN 050604 Bekiun, Nur, saat ditemui di ruang kerjanya, mengakui di sekolah yang dimpimpinnya itu hanya memiliki satu jamban. "Dulu dua, rusak satu. Jadi kami gabung aja jadi satu kamar mandi," kata Nur.


Nur juga tak menepis, kalau sampai saat ini pihaknya belum pernah mengusulkan pembangunan kamar mandi di sekolahnya itu. "Lagian anak didik kami gak banyak, cuma 94 orang," ucap wanita bertubuh gemuk tersebut.


Nur juga mengakui, dengan jumlah kamar mandi/jamban satu unit tidak cukup untuk anak didiknya yang mencapai 94 orang. "Memang tak cukup, ya sudah nanti coba kami ususlkan," kata Nur.


Akibat minimnya sarana kamar mandi ini, sempat terpantau seorang murid laki-laki di SDN Salapian buang air kecil di belakang kelas sembari ditemani seorang temannya. (lkt-1)
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini