Merasa Dipungli, Warga Pusat Pasar Medan Tulis Surat Buat Jokowi, Berikut Isinya...

Sebarkan:

Merasa tertindas dan menjadi korban dugaan pungutan liar (pungli), ratusan warga yang tinggal di Jalan Pusat Pasar Medan, tepatnya di Kompleks Medan Mall ingin mencurahkan isi hati kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Diketahui, saat ini Jokowi dan keluarga tengah berada di Medan, untuk menghadiri acara adat dan resepsi pernikahan putri semata wayangnya Kahiyang Ayu dengan Bobby Nasution, pada Sabtu (25/11/2017) hingga Minggu (26/11/2017).


Isi curahan hati dari warga Pusat Pasar tersebut pun ditulis di dua lembar kertas dan menyebar di media sosial.
Inti dari tulisan tersebut yakni, mereka mau mengadu ke Presiden Jokowi bahwa hidup mereka terkekang dan kerap dipungli. Setiap hari mereka harus membayar uang sebesar Rp40 ribu hanya untuk parkir satu kendaraan.
Hingga hari ini, ratusan warga di sana terus memprotes aksi pungli ini, namun tidak ada respon dari pihak berwajib.

Berikut isi dua lembar kertas tersebut:

Kepada Presiden Republik Indonesia
Bapak Joko Widodo

Horas dari Warga Medan. Sebelumnya selamat yah Pak Jokowi atas mantu orang Medan. Akhirnya deh Pak Jokowi jadi keluarga orang Medan juga. Sering-sering mampir Medan yah Pak Jokowi.
Warga Medan mau curhat dikit boleh yah Pak Jokowi.

Pak Jokowi, kami dari warga PUSAT PASAR yang bertempat tinggal di sekitar MEDAN MALL Kota Medan mau curhat sekaligus mengadu. Hidup kami serasa dizolimi, ntah kepada siapa lagi kami harus mengadu selain Pak Jokowi. Kami rasa baru pertama kali-nya di Indonesia dimana parkir di rumah sendiri juga mesti dikenakan parkir per jam oleh pengelola swasta, preman pun ga berani tagih parkir bila parkir di dalam rumah sendiri apalagi perjam.

Sejak 12 Juni 2017 lingkungan rumah kami dipaksa oleh pengelola swasta untuk membayar parkir perjam, bahkan ada warga yang bayar hingga ratusan ribu saat mau keluar dari lingkungan rumah kami padahal pengelolanya adalah pendatang di lingkungan kami dan tanpa seijin seluruh warga seenaknya langsung menutup beberapa akses lingkungan untuk dijadikan ladang parkir, ntah apakah karena ada yang melindungi sehingga warga tidak berkutik.

Setiap hari kami harus membayar uang parkir ke pengelola bervariasi hingga ada yang mencapai Rp 40 ribu per hari, padahal banyak dari kami parkir di depan rumah sendiri.

Kalau tiap hari kami harus membayar parkir yang begitu memberatkan untuk satu mobil, bagaimana kalau dua mobil bahkan lebih? Tiap hari hasil kerja keringat kita hanya untuk menggemukkan pengelola sementara kami ada tanggungan keluarga lagi.

Ada ratusan rumah di sini Pak Jokowi.
Kami sudah mengadu ke Pemerintah Kota Medan, tapi ntah napa suara kami tak didengar oleh pemerintah.

Pengelola menguasai Jalan Pusat Pasar padahal jalan ini berstatus Jalan Kota atau jalan umum. Apa bisa jalan kota dikelola swasta tanpa persetujuan warga dan dikenakan parkir progresif perjam?
Mobil kami sempat pernah dicegat tidak diperbolehkan keluar karena menolak bayar parkir perjam tapi kami juga yang dituduh membuat keributan padahal jelas seluruh warga menolak dikenakan tarif perjam, kami sudah baik-baik minta tolong untuk diberikan kelonggaran melalui surat aspirasi warga tapi pengelola tak pernah mau membalas surat kami bahkan pernah surat kami tidak mau diterima.

Ohya Pak Jokowi, di jalan dan lingkungan kami ini juga ada Pasar Tradisional terbesar di Medan, pembeli dan pedagang juga dikutip biaya parkir dengan tarif perjam, kek mana kami bisa usaha Pak Jokowi, masak pelanggan mau beli jeruk sekilo juga mesti bayar parkir perjam, apa ga nasib kami pedagang pasar tradisional bakal tinggal kenangan nanti? Macam lagu-lagu sedih aja Pak Jokowi.

Luar biasa lah Pak di sini, klo bisa coba sekali-sekali mampir deh Pak Jokowi ke lingkungan kami, nanti kita sediain durian Medan cuma klo hujan mesti pake sampan masuknya yah soalnya motor aja tenggelam Pak. Rumah kami yang sudah ditinggikan aja nyaris tenggelam. Itupun mesti bayar parkir perjam.

TOLONG KAMI PAK!!

Dari Warga Pusat Pasar

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini