Teror terhadap aktivis anti korupsi kembali terjadi di
Kota Medan, Sumatera Utara. Kali ini, Azhari Sinik yang merupakan aktivis
Lippsu dan belakangan ini dikenal sebagai aktivis Sejuta Lobang di kota Medan
menjadi korban tabrak lari setelah selesai menunaikan ibadah Sholat Subuh.
Peristiwa teror ini mirip dengan yang dialami oleh Novel
Baswedan, penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Anggota DPRD Sumut Sutrisno Pangaribuan mengecam keras
peristiwa yang menimpa Azhari Sinik. Menurutnya, kekerasan dan teror ini masuk
kategori biadab sebab dilakukan kepada korban setelah Sholat Subuh.
"Pemilihan waktu melakukan teror dan tempat tentu
sudah direncanakan. Melakukan teror terhadap korban setelah Sholat Subuh
bertujuan memberi teror jangka panjang," ungkap Sutrisno kepada
Metro-Online, Sabtu (4/11/2017).
Dikatakannya, pelaku teror memahami bahwa korban pasti
selalu sholat setiap subuh. Maka jika tujuan teror berhasil, maka pemilihan
waktu dan tempat melakukan teror berhasil.
"Itu tujuannya tentu untuk membungkam korban atas
suara-suara kritisnya kepada oknum-oknum penyelenggara pemerintah,"
ujarnya.
Sebagai respon dan sikap atas teror tabrak lari tersebut,
Sutrisno meminta Polri untuk melakukan penyelidikan dengan serius terhadap
teror ini.
"Saya harap Kapolda memerintahkan pasukannya untuk
menangkap pelaku dan aktor intelektual teror tabrak lari tersebut,"
tegasnya.
Selain itu, Polri diminta mengembangkan penyelidikan
berdasarkan penelusuran jejak elektronik aktivitas Azhari Sinik. Teror berupa
tabrak lari diyakini berhubungan dengan aktivitas anti korupsi dan suara kritis
dari korban.
Politisi PDI Perjuangan ini juga meminta Walikota Medan
untuk melakukan koordinasi yang baik dengan kepolisian, sehingga tanggung jawab
dalam menciptakan rasa aman menjadi tanggung jawab bersama antara Pemko Medan
dan Polrestabes kota Medan.
Keberhasilan menangkap pelaku kejahatan begal di Pematang
Siantar, menurut Sutrisno, harus dijadikan referensi oleh Polisi untuk segera
menangkap pelaku teror berupa tabrak lari.
"Polisi ternyata memiliki kemampuan untuk menangkap
pelaku secara cepat, akurat dan pasti," tukasnya.
Anggota Komisi C DPRD sumut ini meminta kepada seluruh
pegiat anti korupsi untuk tidak takut terhadap berbagai bentuk yang telah,
sedang, dan mungkin masih harus dihadapi kedepan.
"Kita semua berkewajiban membongkar praktik korupsi
yang telah mengakar di berbagai lembaga penyelenggara pemerintah. Pemberantasan
korupsi tidak boleh berhenti, suara kritis tidak boleh dibungkam,"
pungkasnya.(sandy)