Wakil Kepala Polisi Daerah (Waka Polda) Aceh, Brigjen Pol
Brigjen Pol, Bambang Soetjahjo menyebutkan penyebaran paham radikal harus
segera dihentikan di perguruan tinggi. Salah satunya yaitu paham khilafah
hizbut tahrir internasional yang menurut data yang ada.
“Khusus Aceh, mereka (HTI) mengklaim bahwa ada tiga
kampus yang ada jaringannya. Di Indonesia ada 106 kampus yang diklaim telah
masuk HTI,” sebut Brigjen Bambang Soetjahjo dalam pidato ilmiah dengan tema
peran perguruan tinggi dalam mengantisipasi paham radikalisme di Universitas
Malikussaleh (Unimal), Aceh Utara, Kamis (28/9).
Untuk itu, sambung Bambang diperlukan upaya, kampus harus
steril dari upaya penyebaran paham radikal tersebut. Dia menyarankan agar
mahasiswa dilakukan pembinaan nilai folosofis bernegara yaitu pancasila beserta
butir-butirnya.
“Mahasiswa perlu mewaspadai adanya aliran sesat yang
mengintai untuk dijadikan pengikutnya (karena aliran sesat masih ada di Aceh).
Mahasiswa harus awas melihat konten media sosial yang seringkali berisi paham
radikal,” sebutnya.
Selain itu, dia mengajak mahasiswa untuk peduli pada
teman dan lingkungannya sehingga ketika ada gejala radikalisme bisa segera
dicegah. “Terakhir, jika ada yang mencurigai gerakan radikal, penyebaran paham
radikal laporkan ke aparat keamanan. Jangan main hakim sendiri,” katanya.
Dia menyebutkan radikalisme merupakan cikal bakal
lahirnya terorisme. Untuk itu, penyebaran paham radikal patut diwaspadai, dan
salah satu yang mewaspaai itu adalah mahasiswa. “Mahasiswa harus memberikan
penjelasan yang baik pada masyarakat soal paham radikalisme ini. Sehingga tak
ada lagi masyarakat kita yang radikal, kita hidup di negara yang welas asih,”
terangnya.
Sementara itu, Rektor Unimal, Prof Apridar berkomitmen
untuk mengantisipasi paham radikal di kampus tersebut. Selain itu, Unimal
sambung Prof Apridar, merupakan salah satu peserta penandatanganan deklarasi
anti radikalisme bersama Presiden Joko Widodo dua hari lalu di Bali.
“Kampus harus mengajarkan bagaimana menghormati sesama,
saling welas asih dan saling mendukung antar mahasiswa. Bukan sebaliknya,
saling menghujat, saling membenci dan lain sebagainya,” sebut Prof Apridar.
Dia telah mengintruksikan seluruh ketua jurusan untuk
lebih intensif berdiskusi dengan mahasiswa. Sehingga, begitu ada gejala paham
radikal bisa segera dideteksi dan diambil solusi pencegahannya. (Adi)