Proyek pembangunan drainase dalam kota di Jalan Kartini-Jalan
Cipto dan sebagian Jalan WR Supratman, Kecamatan Lubuk Pakam Tahun Anggaran
2017 senilai Rp 2.215.000.000 diragukan kualirasnya. Pasalnya, untuk mencampur
semen dan pasir digunakan air parit. Padahal seharusnya air yang digunakan
harus air bersih.
Informasi diperoleh pada Senin (25/9), pembangunan
drainase itu dilaksanakan karena di sekitar jalan seringkali banjir di saat
hujan turun. Pembangunannya pun dimulai sejak dua pekan lalu hingga 28 Desember
2017 mendatang. Namun ironisnya, air yang digunakan justru air parit. “Sejak
pembangunan ini dikerjakan, air yang dipakai adalah air parit. Karena air
bersih tidak disediakan,” sebut salah seorang pekerja.
Mandor lapangan Ratno kepada wartawan mengakui jika air
yang digunakan untuk mencampur semen dan pasir adalah air parit. “Mobil
pengangkut air bersihnya tidak datang. Daripada tidak kerja terpaksalah air
parit yang dipakai,” jawabnya.
Sementara Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Dinas Perumahan
dan Kawasan Permukiman Deliserdang Janso Sipahutar saat dikonfirmasi wartawan
kaget mendengar jika rekanan memakai air parit untuk mencampur semen dengan
pasir.
Menurutnya, pembangunan drainase di Jalan Kartini
mendalamkan elepasi/heling lantai menuju pembuangan dengan kedalaman bervariasi
sesuai kondisi lapangan. “Kita tidak mau tau rekanan dapat air bersih darimana,
yang penting harus memakai air bersih. Rekanan sudah langsung kita peringati
dan menghentikan pekerjaan agar memakai air bersih,” tegasnya.(walsa)