Jual Kaplingan Tanpa Memikirkan Jalan, Warga Sekitar Protes

Sebarkan:


Jual Kaplingan Tanpa Memikirkan Jalan, Warga Sekitar Protes



Warga di Jalan Mawar Dusun VIII, Desa Wonosari, Kecamatan Tanjung Morawa protes karena jalan yang berada didepan kediaman mereka dimanfaatkan oleh pengelola kaplingan pribadi. Menurut NP Marpaung didampingi beberapa warga kepada sejumlah wartawan, Minggu (27/8), pada tahun 2009 lalu, dirinya membuka kaplingan yang berjumlah 11 Kepala Keluarga (KK). Sebagai pendukung agar kaplingan miliknya laku, NP Marpaung merelakan 2,3 meter tanah untuk dijadikan jalan menuju kaplingan miliknya.

Langkah yang dilakukan NP Marpaung yang sukses bisnis tanah kaplingan diikuti oleh Parulian Simbolon. Parulian membuka 9 unit kaplingan tanah persis berhadapan dengan lokasi kaplingan NP Marpaung. Untuk dilapangan, Parulian Simbolon warga Medan mempercayakannya kepada Derman Silaen. Lima kaplingan berhasil terjual. Sebelum pembeli membangun rumah dilokasi kaplingan yang dikelola Derman Silaen itu warga yang berada didepan dan belakang lokasi melakukan protes karena darimana nantinya jalan menuju lokasi kaplingan.

Namun protes warga tak digubris. Derman Silaen yang juga memiliki kaplingan dilokasi itu malah membangun rumah yang pintu depannya menghadap Jalan yang kini sedang dilakukan pengecoran itu. Tindakan Derman Silaen itu makin mengundang protes dari warga yang bermukim didepan dan dibelakangnya. Warga yang menetap didepan kaplingan memagar jalannya sehingga bahan matrial tidak bisa masuk. Akibatnya pembeli kaplingan tak dapat membangun rumahnya dan bahan matrial yang sempat datang hanya ditumpuk saja.

Menyadari protes warga yang bermukim didepan kaplingan, awalnya pemilik kaplingan bersedia memberikan tanah selebar satu meter untuk penambahan jalan didepan dan dibelakang kaplingan. Patok kayu pun dipancangkan sebagai batas tanah yang diberikan untuk pelebaran jalan. Tapi entah mengapa, janji itu tidak ditepati. Pemilik kaplingan menolak untuk memberikan semeter tanah untuk pelebaran jalan.

“Karena ditarik kembalinya tanah yang dijanjikan semeter untuk pelebaran jalan itu makanya kami memagar jalan agar mereka tidak bisa lewat. Kami hanya meminta pengertian pemilik kaplingan agar memberikan tanah semeter untuk pelebaran jalan didepan dan dibelakang kaplingannya. Karena yang perlu dipikirkan untuk kedepannya. Jika daerah ini makin padat penduduk, kan bisa dibangun parit untuk mencegah banjir jika hujan,” ujar beberapa warga.

Menanggapi hal ini, Derman Silaen kepada wartawan menerangkan jika pihaknya sudah memberikan tanah semeter dibelakang maupun didepan kaplingan. "Sudah pernah berkumpul di kantor Desa Wonosari pada Maret 2017 lalu. Sudah diberikan tanah semeter untuk fasilitas umum dan itu tertera dalam surat tanah,” terangnya.

Sementara itu Kepala Desa Wonosari Suparman ketika dikonfirmasi via selularnya tak mau menjawab meskipun nada panggilnya masuk.(walsa)
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini