72 Tahun Indonesia Merdeka, Jalan Menuju Batam Masih Kubangan Kerbau

Sebarkan:


Tahun 2017, bangsa dan warga negara Indonesia memperingati 72 tahun hari kemerdekaannya. Kendati begitu, hingga kini, jalan utama menuju ke Kecamatan Batang Lubu Sutam (Batam) di Kabupaten Padang Lawas (Palas) belum juga tersentuh pembangunan. Sebagian besar, kondisi jalan masih didominasi kubangan kerbau.

Kepada wartawan, Selasa (15/8/2017), Kepala Desa Tanjung Baru, Kasman Nasution mengatakan, buruknya kondisi jalan menuju ke Kecamatan Batam sungguh sangat memprihatinkan, dengan banyaknya lubang yang tersebar di sepanjang badan jalan.

"Tentulah tidak nyaman kondisi badan jalan yang rusak dilalui dengan kenderaan bermotor, apalagi kenderaan roda empat. Hanya kecepatan 20 km/jam laju kenderaan roda empat bisa melaju di atas badan jalan yang rusak itu," sebutnya.

"Sebenarnya, jarak tempuh dari Pasar Ujung Batu di Kecamatan Sosa menuju ke Desa Pinarik, ibukota Kecamatan Batam hanya sejauh 24 kilometer. Tapi, karena kondisi jalannya yang rusak parah, waktu tempuhnya bisa selama satu hingga satu setengah jam," ungkapnya.

Memang, lanjut Kasman, beberapa waktu lalu pernah didengarnya, pada tahun ini akan ada lanjutan pengaspalan badan jalan menuju ke Kecamatan Batam. "Soalnya, status jalan ini, kan jalan kabupaten," ujarnya.

"Tapi, sampai hari ini, belum ada tanda-tanda pengerjaan pembangunan badan jalan akan dimulai. Kabarnya juga, di tahun 2018 nanti jalan ke Batam sudah mulus, sudah bisa dilalui mobil sedan. Yah, kita tunggu sajalah," katanya.

Senada itu, Arfin Hasibuan, Petugas Pendamping Lokal Desa (PLD) setempat menyebutkan, karena buruknya kondisi badan jalan ke Kecamatan Batam ini, sepeda motor miliknya kerap mengalami kerusakan pada bagian shocbreker, rem dan velag roda penyok.

"Iya bang, parah kali jalan menuju ke Batam itu. Banyak kali lubang dan batu-batu mangga berserak di jalan. Lubangnya cukup dalam, sekitar 30 sampai 50 sentimeter. Sering terjebak masuk lubang, ban kereta ku pun (sepeda motor-red) sering bocor atau robek dan shock-nya mati," ujarnya.

Sebagai Petugas PLD, lanjut Arfin, ia mendampingi pengelolaan dana desa di empat desa. Yakni Desa Pinarik, Muara Malinto Lama, Tanjung Botung dan Desa Aek Sorik. "Setiap hari saya berada di desa, kelilingi desa dan di hari libur, Sabtu dan Minggu balik ke rumah di Sibuhuan," terangnya.

Menurut Arfin, selain tidak nyaman dan kerap merusak kenderaannya, kondisi buruk infrastruktur jalan menuju ke Batam ini berdampak pada rendahnya harga komoditas pertanian masyarakat di Kecamatan Batam.

"Beberapa orang warga di desa tempat saya bertugas mengatakan, harga jual buah sawit di daerah Batam ini lebih murah Rp 300-an perkilo, dari daerah di luar. Kata toke sawit, kalau ongkos angkut sawitnya tidak Rp 300-an perkilo, mereka tidak dapat untung, karena kondisi jalan yang rusak, merusak kenderaannya," ungkapnya.

"Saat ini, harga buah sawit di luar Kecamatan Batam sudah Rp 1.500-an perkilo. Tapi, semalam, petani di desa tempat saya bertugas itu, menjual buah sawitnya seharga Rp 1.200-an. Pokoknya, ongkos angkut sawitnya Rp 300-an perkilo," jelasnya.

Oleh karena saat ini sudah memasuki 72 tahun Indonesia merdeka dan sudah 10 tahun usia Kabupaten Palas, warga masyarakat di Kecamatan Batam sangat berharap besar kiranya Pemkab Palas dapat segera memperbaiki akses jalan menuju ke kecamatan ini, untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakatnya.(pls-1)
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini