Puisi Adhyaksa Dault di Peringatan Hari Lahir Pancasila

Sebarkan:
[caption id="attachment_80244" align="aligncenter" width="720"] Puisi Adhyaksa Dault di Peringatan Hari Lahir Pancasila[/caption]

 

Hari Lahir Pancasila merupakan hari istimewa bagi masyarakat Indonesia, termasuk bagi Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka, Adhyaksa Dault. Karena itu dalam Peringatan Hari Lahir Pancasila ke-72 ini, Adhyaksa membawakan sebuah puisi “Rasanya Baru Kemarin” karya Gus Mus (sapaan akrab KH. A. Mustofa Bisri).

 

“Peringatan Hari Lahir Pancasila ini, saya bacakan puisi khusus karya Gus Mus,” ujar Adhyaksa Dault, dalam Peringatan Hari Lahir Pancasila di Gedung BRI, Jl. Jend. Sudirman, Jakarta Pusat, Kamis (1/6/2017).

 

Adhyaksa membacakan puisi itu dengan lantang. Ia mengepalkan tangan dan mengarahkannya ke atas ketika mengatakan “Merdeka.”

 

Seketika itu juga, tepuk tangan dari tamu yang hadir bergemuruh. “Terima kasih,” ucap pria yang sudah mendaki puluhan gunung ini.

 

Begini puisi yang dibacakan Adhyaksa Dault:

 

Rasanya

 

Rasanya... Baru kemarin Bung Karno dan Bung Hatta atas nama kita menyiarkan dengan seksama kemerdekaan kita di hadapan dunia.

 

Rasanya... Baru kemarin. Padahal sudah tujuh puluh dua tahun lamanya.

 

Pelaku-pelaku sejarah yang nista dan mulia sudah banyak yang tiada. Penerus-penerusnya sudah banyak yang berkuasa dan menjadi pengusaha. Tokoh-tokoh pujaan maupun tokoh-tokoh cercaan bangsa sudah banyak yang turun tahta.

 

Rasanya... Baru kemarin. Padahal sudah lebih setengah abad lamanya.

 

Petinggi-petinggi yang dulu suka korupsi sudah banyak yang meneriakkan reformasi.

 

Tanpa merasa risi, rasanya baru kemarin rakyat yang selama ini terdaulat sudah semakin pintar mendaulat. Pejabat yang tak kunjung merakyat pun terus dihujat dan dilaknat.

 

Rasanya baru kemarin. Padahal sudah tujuh puluh dua tahun lamanya. Pembangunan jiwa masih tak kunjung tersentuh. Padahal pembangunan badan yang kemarin dibangga-banggakan sudah mulai runtuh. Daging yang selama ini terus dimanjakan kini sudah mulai kalap mengerikan. Ruh dan jiwa sudah semakin tak ada harganya. Masyarakat yang kemarin diam-diam menyaksikan para penguasa berlaku sewenang-wenang kini sudah pandai menirukan.

 

Rasanya... Baru kemarin. Padahal sudah lebih setengah abad kita merdeka.

 

Pahlawan-pahlawan idola bangsa, seperti Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, dan Sisingamangraja sudah dikalahkan oleh Sinchan, Baja Hitam dan Kura-kura Ninja dan artis idola.

 

Rasanya Baru kemarin. Tokoh-tokoh angkatan empat lima sudah banyak yang koma. Tokoh-tokoh angkatan enam-enam sudah banyak yang terbenam. Tokoh-tokoh angkatan selanjutnya sudah banyak yang tak jelas maunya.

 

Rasanya... Baru kemarin. Negeri zamrud khatulistiwaku yang manis. Sudah terbakar nyaris habis. Dilalap krisis dan anarkis. Mereka yang kemarin menikmati pembangunan sudah banyak yang bersembunyi meninggalkan beban. Mereka yang kemarin mencuri kekayaan negeri sudah meninggalkan utang dan lari mencari selamat sendiri. Mereka yang kemarin sudah terbiasa mendapat kemudahan banyak yang tak rela sendiri kesulitan.

 

Rasanya baru kemarin. Ternyata sudah tujuh puluh dua tahun kita Merdeka. Ingin rasanya aku sekali menguak angkasa dengan pekik yang lebih perkasa: Merdeka!!!!!
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini