Panglima TNI : Prajurit TNI Harus Dekat Dengan Rakyat

Sebarkan:



[caption id="attachment_82148" align="aligncenter" width="350"] Panglima TNI : Prajurit TNI Harus Dekat Dengan Rakyat[/caption]

 

Prajurit TNI harus selalu dekat dengan rakyat karena sejarah perjuangan kemerdekaan NKRI menunjukan bahwa yang merebut kemerdekaan RI bukan TNI karena TNI lahir setelah kemerdekaan, tetapi yang merebut kemerdekaan adalah seluruh rakyat Indonesia.  

 

Hal tersebut disampaikan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo di hadapan 4.000 prajurit TNI, Tokoh Agama, Masyarakat  dan 1.000 anak yatim, bertempat di Islamic Center Tarakan Kp. Empat, Tarakan Timur, Kota Tarakan, Kalimantan Utara, Minggu malam (18/6/2017).

 

Lebih lanjut Panglima TNI mengungkapkan bahwa perjuangan rakyat yang beratus-ratus tahun lamanya tidak membuahkan hasil karena masih bersifat kedaerahan. Para pejuang, tokoh agama dan pemuda menyadari hal itu, maka muncul rasa persatuan dan kesatuan dalam perjuangan hingga lahir Sumpah Pemuda tahun 1928, maka hanya memerlukan waktu 17 tahun kemerdekaan bisa direbut. “Bangsa ini bergotong royong dipelopori oleh para pahlawan, ulama dan santrinya serta rakyat sehingga dapat merebut kemerdekaan dengan senjata apa adanya,” ujarnya.

 

Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menjelaskan setelah merdeka para pejuang kemerdekaan termasuk para ulama dan santri kembali ke profesinya  masing masing tapi  sebagian ulama dan santri tetap mendedikasikan pengabdiannya untuk menjaga keamanan rakyat dalam  Badan Keamanan Rakyat (BKR) sebagai cikal bakal TNI.

 

“Pada saat TNI dibentuk para prajurit dari berbagai latar belakang suku, agama dan ras sepakat memilih Pak Sudirman sebagai pimpinan atau Panglima TNI pertama.  Pak Sudirman adalah seorang guru agama dan anak buahnya memanggil dengan sebutan Kyai sehingga tidak bisa dipisahkan antara rakyat dan TNI,” kata Panglima TNI.

 

Dalam kesempatan tersebut Panglima TNI mengingatkan kalau ada orang yang memakai simbol  pemuka agama dan mengaku ulama tetapi omongannya memecah belah bangsa, itu pasti bukan Islam dari Indonesia atau orang Indonesia yang dididik di luar negeri. “Seorang mukmin tidak mungkin mengumbar kebencian dan adu domba,” tegasnya.

 

Panglima TNI menyatakan bahwa apabila ada yang mengumbar kebencian, apalagi yang ingin memecah belah Bhinneka Tunggal  Ika dan Pancasila walaupun berpakaian ulama,  jangan diikuti karena dia pasti bukan ulama. “Pancasila itu hadiah dari umat muslim dan agama lainnya kepada Indonesia. Jadi kalau ada yang berusaha memecah belah bangsa jangan diikuti,” ungkapnya.

 

Mengakhiri  sambutannya Panglima TNI berterimakasih kepada para Prajurit TNI dan seluruh elemen masyarakat Kaltara khususnya Tarakan karena selalu menjaga keamanan dan ketertiban sehingga pembangunan Tarakan sebagai  Ibu Kota Provinsi yang tergolong muda sudah berjalan dengan baik. “Saya bangga dengan masyarakat Tarakan dan prajurit TNI disini, mari bersama kita lanjutkan pengabdian hanya kepada NKRI yang sangat kita cintai,” pungkasnya.

 

Turut hadir mendampingi  Panglima TNI antara lain Kasad, Kasal, Kasau, segenap Asisten Panglima TNI, Pangdam VI/Mlw, Pangarmatim, Danlantamal Tarakan, Kapolda dan Gubernur Kaltara.(puspen)
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini